tribunwarta.com – Indonesia tercatat mengalami surplus hingga 30 bulan beruntun. Surplus bertubi-tubi ini tentu saja mendatangkan banyak dolar untuk Indonesia.
Bahkan, total surplus tahun ini saja, hampir mencapai US$ 50 miliar. Sayangnya, tidak semua devisa hasil ekspor (DHE) tersebut masuk ke dalam negeri. Padahal, jika DHE dalam bentuk dolar AS tersebut masuk ke dalam sistem keuangan Indonesia, nilai tukar rupiah seharusnya tetap kuat saat ini.
“Itu trade surplusnya US$ 50 miliar, dolarnya masuk, harusnya, rupiahnya baik-baik saja ya? kalaupun ada capital outflow tidak terganggu. Ini kemana dolarnya?”
Anny menjelaskan bahwa DHE tersebut paling banyak disimpan di Singapura. Singapura menjanjikan suku bunga simpanan valas 7,5%, plus insentif lainnya. Sementara itu, di Indonesia suku bunga simpanan valas hanya 1,5%.
Menurut Anny, Thailand telah lebih dulu melakukan kebijakan kontrol devisa. Devisa Thailand wajib diendapkan di bank dalam negerinya selama 3-6 bulan.
Anny mengingatkan hal ini sangat berpengaruh terhadap pergerakan rupiah dan tentu saja posisi ketahanan eksternal Indonesia, dari sisi cadangan devisa.