tribunwarta.com – Perum Bulog berencana mengimpor 200 ribu ton beras, yang ditargetkan masuk di bulan Desember ini. Hanya saja, hingga saat ini, Bulog dikabarkan masih berusaha mendapatkan pasokan di negara-negara sumber pasokan.
Menurut Direktur Utama Bulog Budi Waseso, impor dibutuhkan untuk menambah stok beras untuk cadangan pemerintah. Yang dibutuhkan untuk melakukan intervensi harga, terutama di saat harga melonjak maupun kondisi darurat seperti bencana alam.
Pasalnya, hingga saat ini, Bulog tidak bisa mendapatkan pasokan untuk menopang stok akhir 1,2 juta ton cadangan beras pemerintah.
“Impor beras ini nggak ada fungsinya karena itu untuk cadangan beras pemerintah (CBP). Salah satu fungsi CBP untuk intervensi harga ketika harga naik tinggi. Lah harga naik tinggi kan di Desember-Januari tapi beras impornya belum ada, bagaimana pemerintah bisa mengintervensi?” kata Ekonom Senior Core Indonesia Dwi Andreas Santosa kepada CNBC Indonesia, Senin (12/12/2022).
“Nanti baru masuk (beras impor) akhir Januari atau Februari. Celaka 12 lah petani kita. Akan menekan harga di tingkat usaha tani. Jadi yang selalu dirugikan wacana seperti impor ini adalah petani,” lanjutnya.
Karena itu, dia menambahkan, tidak masalah jika kemudian Bulog tidak bisa mendapatkan beras impor.
“Tidak masalah, justru keputusan impor itu menyakitkan petani. Dan, nggak ada gunanya diputuskan sekarang karena semua masih proses, masih kontrak, masih harus melakukan perjanjian dengan pihak eksportir di negara bersangkutan. Masih harus cari logistik, kirim ke ini paling tidak butuh 2-3 minggu sampai Indonesia,” tukas Anderas.
“Kalau seperti itu terus apa gunanya, nanti beras masuk ketika menjelang panen raya, itu lebih menyakitkan hati petani, karena akan menekan harga di tingkat usaha tani,” tambahnya.
Apalagi, lanjut Andreas, sesuai kerangka sampling area (KSA) BPS, ada stok sekitar 6 juta ton beras di dalam negeri.
“Ngapain harus impor? Seolah-olah stok beras Indonesia tipis, nggak. Yang tipis dan kritis itu stok beras milik pemerintah atau CBP, yang dikelola Bulog. Tapi, di masyarakat, aman-aman saja,” kata Andreas.
Hal senada disampaikan Ketua Umum Persatuan Penggilingan padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso.
“Kalau impor yang sekarang itu sebenarnya sudah terlambat. Meski harusnya kalau memang betul-betul impor karena CBP kurang ya sudah harus segera didatangkan, segera keluarkan untuk ngerem, jangan sampai ini terus berlanjut atau harga akan naik terus sampai awal Februari,” kata Sutarto.
“Berdasarkan data BPS, beras untuk ke masyarakat aman. Yang tidak aman stoknya pemerintah,” pungkas Sutarto.