tribunwarta.com – Presiden China Xi Jinping akan segera tiba di Arab Saudi pada Kamis (8/12/2022) ini. Ketibaan orang nomor satu di China ini akan menjadi sorotan setelah kunjungan pemimpin rivalnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, ke negara kaya minyak itu.
Dalam laporan CNN International, kunjungan Xi ke Arab Saudi dilakukan untuk menghadiri KTT China-Arab. Selain Saudi, ada beberapa negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang hadir dalam gelaran itu.
Nantinya, kemungkinan Xi akan diterima pemerintah negara itu dengan antusias dan kemegahan. Putra Mahkota yang juga Perdana Menteri (PM) Mohammed Bin Salman pun diramalkan akan memberikan beberapa penghargaan dan medali pada Xi.
Sambutan Xi di ‘karpet merah’ akan jauh berbeda dari perjalanan Presiden Joe Biden ke Riyadh musim panas ini. Saat Biden datang, penguasa de facto yang juga dikenal dengan nama singkatannya, MBS, tidak tersenyum dan justru secara terbuka mempermalukannya selama pertemuan meja bundar yang disiarkan televisi.
Hal ini dimulai saat Biden datang dan meminta Saudi untuk memompa lebih banyak minyak untuk menurunkan harga yang naik pasca perang Rusia-Ukraina. Tak lama berselang, MBS menolaknya dan justru memotong produksi.
Di sisi lain, Saudi sendiri terus memperdalam hubungannya dengan China. Negara Petrodollar itu terus menjadi eksportir utama minyak ke Beijing. China juga telah melobi Saudi untuk menerima Yuan sebagai mata uang dalam perdagangan.
“Pesan pertama adalah bahwa ini adalah Arab Saudi yang baru. Ini adalah Teluk baru. Ini adalah kenyataan baru,” kata analis Uni Emirat Arab dan Visiting Senior Fellow di Harvard University Abdulkhaleq Abdulla.
“Realitas baru adalah bahwa China bangkit dan Asia bangkit dan apakah AS suka atau tidak, kita harus berurusan dengan China.”
Hubungan antara Saudi dan AS sendiri sebenarnya mulai merenggang pada 2016 lalu ketika pemerintahan mantan Presiden Barack Obama menandatangani perjanjian nuklir penting dengan Iran. Pasalnya, Iran merupakan rival Saudi di wilayah regional.
Kemudian, hubungan keduanya semakin memburuk setelah Biden terpilih menjadi presiden dan menuduh MBS berada di balik pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Selain itu, selama kampanyenya, Biden pernah menyebut bahwa Saudi sebagai pariah.
Sementara itu, tak hanya dengan Saudi, hubungan tetangga dekatnya ke China juga terus tumbuh. Tahun lalu, pejabat Uni Emirat Arab (UEA) menuduh AS ‘menindas’ mereka untuk memaksa menutup fasilitas milik China di tanah Emirat.
“Saudi, tentu saja, tidak peduli dengan AS yang terus menjadi mitra utama. Tetapi Kerajaan telah belajar dari pengalaman pahit bahwa AS tidak dapat diandalkan secara konsisten untuk mendapatkan dukungan,” kata Ali Shihabi, seorang analis Saudi yang akrab dengan pemikiran kepemimpinan Saudi.
“Kerajaan harus mengatasi kenyataan itu dan mengembangkan banyak hubungan kunci di dunia yang semakin multipolar. Itu adalah proses yang dimulai beberapa tahun lalu dan tidak dapat diubah.”
“Kunjungan (Xi) akan menjadi kunjungan kenegaraan yang memahkotai hubungan yang berkembang ini dengan China,” tambahnya.