tribunwarta.com – Malaysia memberikan subsidi pada Bahan Bakar Minyak (BBM) berkualitas tinggi dengan nilai oktan (RON) 95 atau setara Pertamax Plus yang sempat dijual PT Pertamina (Persero).
Tak ayal, harga BBM berkualitas tinggi di Malaysia tersebut menjadi lebih murah. Bahkan, lebih murah dibandingkan harga BBM non subsidi setara Pertamax (RON 92) di Indonesia.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menyebut, berdasarkan kajiannya, harga BBM dengan RON 95 di Malaysia pada Desember 2022 lalu bahkan dijual pada harga di bawah Rp 10.000 per liter.
Harga BBM tersebut berlaku saat harga minyak berada pada level US$ 75-79 per barel. Ini tentunya lebih murah dibandingkan harga BBM non subsidi, Pertamax (RON 92) yang sebesar Rp 13.900 per liter pada Desember 2022.
Sementara di Indonesia, harga BBM bersubsidi setara Pertalite (RON 90) dibanderol pada harga Rp 10 ribu per liter.
“Harga BBM setara bensin RON 95 di Malaysia di bawah Rp 10.000 per liter pada periode Desember 2022, pada saat rata-rata harga minyak US$ 75 – US$ 79 per barel,” bunyi hasil kajian ReforMiner Institute, dikutip Kamis (05/01/2023).
Selain memberikan subsidi pada BBM dengan nilai oktan (RON) 95, Malaysia juga memberikan subsidi pada Solar dengan cetan number (CN) di atas 51 atau hampir setara Pertamina Dex.
Sementara Indonesia memberikan subsidi dan kompensasi pada BBM jenis bensin dengan RON 90 atau setara Pertalite, Solar subsidi (CN 48), dan minyak tanah (kerosene).
Dia menyebut, harga BBM di Malaysia dihitung berdasarkan sistem Automatic Pricing Mechanism (APM). Dengan menggunakan sistem APM itu, harga BBM di Malaysia berubah setiap sepekan sekali, mengikuti harga minyak mentah dan besaran subsidi yang telah ditetapkan pemerintah.
“Harga BBM Malaysia dihitung menggunakan Automatic Pricing Mechanism (APM), berubah setiap minggu mengikuti rata-rata harga minyak dan besaran subsidi yang telah ditetapkan Pemerintah Malaysia,” tuturnya.
Namun begitu, dia mengakui bahwa kebijakan harga jual BBM di tiap negara tidak bisa dibandingkan secara langsung. Hal tersebut dikarenakan profil pasar BBM di setiap negara berbeda. Adapun perbedaan bentuk kebijakan harga jual BBM di setiap negara juga berbeda.
“ReforMiner menilai harga BBM antar negara pada dasarnya tidak dapat dibandingkan secara langsung. Hal tersebut karena profil pasar BBM pada masing-masing negara tidak sama. Selain itu, riset ReforMiner juga menemukan bahwa bentuk kebijakan harga BBM pada masing-masing negara termasuk enam negara di ASEAN tidak sama,” jelas Komaidi.
ReforMiner mencatat, jenis BBM yang mendominasi pasar di sejumlah negara di Asia Tenggara berbeda. Untuk Indonesia, sekitar 79% masyarakat Indonesia mengonsumsi BBM jenis RON 90 (Pertalite).
Sementara di Filipina, sekitar 80% masyarakatnya mengonsumsi BBM jenis RON 91. Di Thailand, sekitar 90% masyarakatnya mengonsumsi BBM jenis RON 91 dan RON 95. Sedangkan di Vietnam, sekitar 70% warganya mengonsumsi BBM jenis RON 95. Dan di Malaysia, sekitar 85% masyarakatnya mengonsumsi BBM jenis RON 95.
Dengan begitu, Komaidi menyebutkan ada sedikit kesamaan bahwa sebagian besar masyarakat di Asia Tenggara mengonsumsi BBM dengan kualitas (RON) rendah.
“Porsi terbesar BBM yang dikonsumsi pada masing-masing negara sebagian besar merupakan jenis BBM dengan RON terendah yang dijual di negara yang bersangkutan,” tandasnya.