tribunwarta.com – Anggota Komisi III DPR RI, Santoso meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ) mengevaluasi metode pembinaan terhadap narapidana terorisme.
Hal ini disampaikan Santoso merespons terkait pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar Bandung yang merupakan eks napi teroris.
Menurut dia metode yang selama ini dilakukan BNPT bukan berarti gagal tapi hanya kurang tepat sehingga mereka masih melakukan tindakan terorisme.
“Harus dilakukan evaluasi pembinaan terhadap narapidana teroris agar tidak terulang kembali. Ini kan sudah jelas ini. Orang ini memiliki dendam ini terhadap negara,” katanya kepada wartawan saat dihubungi, Rabu 7 Desember 2022.
Menanggapi peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astana Anyar hari ini, Santoso mengatakan bukan tidak mungkin jika Komisi III DPR RI akan memanggil Kepala BNPT untuk melakukan rapat kerja bersama.
Kata dia sampai menjelang masa reses peluang untuk memanggil BNPT masih ada. Komisi III lanjut dia ingin mengetahui program deradikalisasi yang selama ini telah dilakukan oleh lembaga tersebut.
“Kalau ada kejadian-kejadian yang krusial ya pastinya Komisi III akan memanggil,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar bernama Agus Sujarno atau Agus Muslim, mantan napi teroris.
Agus Salim sempat dipenjara selama empat sejak 2017-2021 tahun lantaran terlibat dalam peristiwa bom Cicendo. Ia dipenjara di LP Nusakambangan, Jawa Tengah.
Listyo mengatakan, pihaknya mengikuti aktivitas Agus Muslim setelah yang bersangkutan dinyatakan bebas dari penjara. Tetapi, saat bebas, Agus Muslim masih masuk dalam kategori ‘merah’.
“Dan memang yang bersangkutan masih sudah diajak berbicara, cenderung menghindar, walaupun sudah melaksanakan aktivitas,” katanya.
Listyo juga menjelaskan pihaknya setelah melakukan pemeriksaan sidik jari dan face recognition atau pengenalan wajah, Agus Muslim teridentifikasi berafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berbasis di Bandung.
Kepala Korps Bhayangkara itu memerintahkan jajarannya untuk menelusuri kelompok yang berafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah. Ia menyatakan seluruh tim satuan tugas (satgas) sudah diperintahkan bergerak.
Sementara Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan berdasarkan hasil pemetaan, terdapat sejumlah jaringan yang ada di Bandung mulai Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Negara Islam Indonesia (NII), dan Jamaah Islamiyah.
Menurut Boy, jaringan teroris itu terus bermetamorfosis, berubah bentuk, dan membungkus kegiatan-kegiatannya dengan aksi-aksi kemanusiaan.
“JAD ada yang background-nya NII ada, jadi mereka yang kaitan jamaah islamiyah ada,” katanya.***