tribunwarta.com – Dalam beberapa hari terakhir, Rusia dan Ukraina telah membahas negosiasi perdamaian atas perang yang telah berlangsung 10 bulan di Ukraina. Namun, hingga kini, keduanya belum mencapai kesepakatan.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan siap untuk merundingkan hasil untuk menghentikan perang, menambahkan bahwa bukan negaranya yang menolak pembicaraan, tetapi dari pihak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Lalu seperti apa tuntutan yang dikeluarkan kedua negara tetangga tersebut? Berikut rinciannya, mengutip Newsweek, Rabu (28/12/2022).
Meski Kremlin membuka pintu untuk negosiasi, serangan terhadap Ukraina belum berhenti. Sikap Putin untuk negosiasi dilakukan saat pasukannya melepaskan serangan ke kota Kramatorsk dan Avdiivka, sehingga peringatan serangan udara di seluruh negeri di Ukraina dibunyikan dua kali pada siang hari.
Pada Selasa, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menjelaskan lebih rinci tentang kondisi yang dianggap perlu oleh Rusia untuk perdamaian. Menurutnya, Ukraina harus menyerah atau perang akan berlanjut.
Berbicara dengan kantor berita pemerintah TASS, Lavrov mengulangi klaim buatan Rusia yang belum terbukti, yakni bagian dari alasan perangnya adalah untuk melawan proliferasi neo-Nazisme di Ukraina. Dia kembali menyerukan “denazifikasi dan demiliterisasi” terhadap negara tersebut.
Rusia juga meminta memegang kendali atas empat wilayah Ukraina, yakni Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk, dan Luhansk-yang secara resmi dianeksasi Putin pada September lalu. Aneksasi terjadi meskipun Rusia tidak memiliki kendali penuh atas wilayah itu, dan militer Rusia sejak itu kehilangan kendali atas beberapa bagian wilayah tersebut.
“Proposal kami untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi wilayah yang dikendalikan oleh rezim [Ukraina], penghapusan ancaman terhadap keamanan Rusia yang berasal dari sana, termasuk tanah baru kami, sudah diketahui musuh,” kata Lavrov saat berdiskusi kemungkinan negosiasi damai.
“Intinya sederhana: Penuhi mereka untuk kebaikan Anda sendiri. Jika tidak, masalah ini akan diputuskan oleh tentara Rusia,” tambahnya.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyarankan agar Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dapat menengahi proses perdamaian tersebut. Dia juga mengatakan Rusia akan diundang hanya jika menghadapi tuntutan kejahatan perang di pengadilan internasional.
Sebagai syarat utama untuk perdamaian, Zelensky telah meminta Putin untuk memulangkan pasukannya. Berbicara kepada para pemimpin dari G7 awal bulan ini, Zelensky mengatakan perdamaian akan dimulai dengan Putin menarik pasukan dari Ukraina.
Namun Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menganggap permintaan Zelensky ini hanya akan menghasilkan “kelanjutan permusuhan.”
“Sebuah kejahatan telah dilakukan terhadap Ukraina, dan kami menuntut hukuman,” kata Zelensky dalam pesan video yang diputar di Majelis Umum PBB di New York pada September.
Pemimpin Ukraina telah berkali-kali meminta Rusia untuk menghadapi beberapa bentuk hukuman atas perang, melalui sanksi lebih lanjut dan dengan Amerika Serikat (AS) mencabut Moskow dari peran kuatnya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan.
Zelensky juga berbicara tentang jaminan keamanan untuk Ukraina sebagai syarat perdamaian, serta membuat dunia bersatu dalam mencegah Rusia dari agresi bersenjata di masa depan.
Tuntutan berulang Zelensky untuk pemulihan integritas teritorial Ukraina bisa menjadi poin terbesar dalam setiap negosiasi. Putin ingin mempertahankan wilayah yang dia aneksasi, tetapi Zelensky menegaskan wilayah itu harus tetap menjadi bagian dari Ukraina.