tribunwarta.com – Sebanyak 13 jenis vaksin COVID-19, yang telah disetujui untuk pemasaran bersyarat atau penggunaan darurat, kini tersedia sebagai dosis penguat (booster) kedua di China, demikian menurut para pakar dari gugus tugas antarlembaga Dewan Negara China untuk respons COVID-19.
Vaksin-vaksin yang resistan terhadap Omicron lebih banyak diambil dalam memilih dosis booster kedua, kata para pakar dari mekanisme pencegahan dan pengendalian bersama Dewan Negara China untuk COVID-19.
Hingga Jumat (23/12), lebih dari 3,46 miliar dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di China Daratan, dengan lebih dari 90 persen populasi telah divaksinasi penuh.
Tingkat antibodi akan turun seiring waktu setelah vaksinasi, sebut para pakar, sembari menambahkan bahwa mutasi virus juga dapat menyebabkan penghindaran imun yang lebih kuat, membuat antibodi menjadi kurang efektif.
Studi menunjukkan bahwa mendapatkan suntikan booster dapat mengaktifkan sel-sel memori imunologis dalam tubuh penerima vaksin dan menaikkan tingkat antibodi, sehingga dapat lebih memperkuat pencegahan terhadap penyakit parah dan kematian, ujar para pakar.
Mereka menyarankan orang-orang yang memenuhi syarat yang belum menerima suntikan booster untuk sesegera mungkin mendapatkannya agar memiliki perlindungan yang lebih baik terhadap virus tersebut.
Kelompok populasi dengan risiko infeksi yang tinggi, orang-orang berusia 60 tahun ke atas, orang-orang dengan kondisi kesehatan bawaan yang serius, dan mereka yang memiliki imunitas rendah dianjurkan untuk menerima suntikan booster kedua enam bulan setelah booster pertama.
Mereka yang telah menerima tiga dosis vaksin nonaktif dapat memilih jenis vaksin yang berbeda, yang telah direkomendasikan oleh pemerintah, untuk booster kedua, yaitu vaksin protein rekombinan, vaksin vektor adenovirus, atau vaksin vektor virus influenza, urai para pakar.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/CDC) China telah melakukan pemantauan efek samping dari vaksin COVID-19 berdasarkan 3,4 miliar lebih inokulasi yang telah diberikan kepada lebih dari 1,3 miliar orang.
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa tingkat kejadian efek samping dari vaksin COVID-19 serupa dengan vaksin umum lainnya, dan tingkat kejadian efek samping untuk warga lanjut usia sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat kejadian pada kaum muda.