tribunwarta.com – Jemaah masjid di dekat rumah dinas Wali Kota Blitar mengaku sempat mendengar teriakan minta tolong saat tragedi perampokan terjadi.
Teriakan itu terdengar jemaah Masjid Syuhada Haji, karena lokasi tempat ibadah yang hanya sekitar 50 meter dari kediaman Santoso dan sang istri.
Salah satu jemaah bernama Trimo mengaku mendengar teriakan pada saat aksi perampokan terjadi di kediaman Wali Kota Blitar .
Akan tetapi, dia awalnya mengira bahwa teriakan itu merupakan suara yang berasal dari Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
“Iya, dengar teriakan, ya minta tolong saja, saya kira orang gila,” kata Trimo kepada awak media, Senin, 12 Desember 2022.
Meski mendengar teriakan, dia dan jemaah masjid lainnya mengaku tak langsung mendatangi rumah dinas Wali Kota Blitar .
Mereka sempat diam beberapa saat, dan baru bergerak begitu melihat anggota Polisi mendatangi kediaman Santoso tersebut.
“Masih lama (tidak langsung ke sana), nggak berani, kan rumahnya wali kota,” tutur Trimo.
“Ada Polisi masuk, saya juga ke sana,” ucapnya menambahkan.
Selain itu, Trimo juga menuturkan kesaksiannya melihat penjaga rumah dinas Wali Kota Blitar dalam kondisi terikat.
“satu orang ada di luar, yang dua orang di dalam (pos penjagaan),” ujarnya.
Menurut Trimo, kondisi penjaga rumah dinas Wali Kota Blitar saat itu terikat dengan mata dan mulut yang ditutup menggunakan lakban berwarna hitam.
“(Kondisi yang di luar) sudah diikat, matanya ditutup, mulutnya nggak. Kakinya juga diikat,” ujarnya.
“Di dalam, yang satu di borgol, yang satu diikat. (Mulutnya) ditutup, (matanya) ditutup semua pakai lakban hitam,” kata Trimo menambahkan.
Sedangkan salah satu petugas kebersihan di rumah dinas Wali Kota Blitar mengaku tidak mengetahui adanya perampokan.
Dia mengaku baru tahu pada saat datang ke rumah dinas untuk melakukan tugasnya, tetapi dicegah oleh anggota polisi.
“Datang jam 5.00 WIB sudah banyak polisi, saya nggak tahu (ada perampokan). Langsung disuruh keluar dulu,” tutur Agus.
Dia menuturkan bahwa dirinya bekerja sebagai petugas kebersihan bersama 2 orang lainnya, tetapi mereka belum tiba di lokasi.
Begitu tiba di rumah dinas Wali Kota Blitar , Agus mengaku situasi sudah ramai dan banyak anggota Polisi di sana.
“Sudah ramai, sudah banyak, saya datang ke sini sudah dijaga,” ujarnya.
“Saya nggak tahu (ada perampokan), langsung bersih-bersih di sini (depan gerbang), terus disuruh keluar dulu,” kata Agus menambahkan.
Sebelumnya, Tim Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim tengah memburu kawanan perampok yang menjarah rumah dinas Wali Kota Blitar di Jalan S Soeprijadi, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur.
Rumah Dinas itu dihuni oleh Wali Kota Blitar Santoso beserta istri dan dijaga oleh 3 orang yang bertugas di pos penjagaan.
Kejadian bermula pada Senin, 12 Desember 2022 sekira pukul 03.00 WIB, tiba-tiba datang antara 4–5 orang tidak dikenal langsung masuk ke pos penjagaan.
“Mereka datang sambil menodongkan sejenis senjata api dan membawa senjata tajam,” kata Kabid Humas Polda Jatim akan diisi oleh Kombes Pol Dirmanto, Senin, 12 Desember 2022.
“Kawanan perampok itu berhasil melumpuhkan para petugas Satpol PP yang berjaga, kemudian para pelaku mengikat dan memborgol serta melakban mata ketiga petugas jaga tersebut,” tuturnya menambahkan.
Setelah itu, para pelaku masuk ke ruang utama kamar Wali Kota Blitar dengan cara mendobrak pintu dan mengikat serta melakban mata korban, Santoso dan istri.
Begitu berhasil, para pelaku kemudian mengambil sejumlah uang dan barang berharga milik Wali Kota Blitar dan istri.
Barang-barang yang dicuri berupa HP milik Santoso, uang tunai sekitar Rp400 juta, dan perhiasan berupa kalung serta jam tangan milik istri Wali Kota Blitar yang ditaksir senilai Rp15 juta.
“Saat ini tim gabungan SatReskrim Polres Blitar Kota dan di-back up dari Ditreskrimum Polda Jatim melakukan penyelidikan,” ujar Dirmanto.
Sementara itu, sampai saat ini identitas para perampok rumah dinas Wali Kota Blitar tersebut masih belum diketahui.
Meski begitu, Polisi telah mengantongi ciri-ciri pelaku perampok tersebut berdasarkan keterangan salah satu saksi.
“Dari pemeriksaan sementara terhadap saksi-saksi di TKP dan olah TKP didapatkan Ciri pelaku menggunakan topi warna hijau, rambut cepak dan logat bahasa Indonesia,” kata Dirmanto.
“Salah satu saksi sempat melihat salah satu pelaku menggunakan jaket warna krem dengan lambang bendera Indonesia,” ucapnya menambahkan.
Para pelaku perampokan di rumah dinas Wali Kota Blitar juga dilaporkan menggunakan kendaraan roda empat dengan pelat merah atau mobil dinas.
Akan tetapi, Polisi menduga pelat merah yang digunakan kawanan yang menyekap Santoso dan sang istri tersebut adalah palsu.
“Para pelaku menggunakan mobil jenis inova warna hitam plat merah, diduga nomor polisi palsu,” ujar Dirmanto.
Tidak hanya itu, pelaku juga merusak kamera pengawas atau CCTV yang ada di dalam rumah dinas Wali Kota Blitar untuk menutupi aksinya.***