Bos Mal Ungkap Biang Kerok Mal Legendaris Kini Bak Kuburan

Bos Mal Ungkap Biang Kerok Mal Legendaris Kini Bak Kuburan

tribunwarta.com – Sejumlah mal atau pusat perbelanjaan, bahkan yang ada di lokasi strategis, tampak begitu sepi, terutama sejak pandemi Covid-19 merebak. Salah satunya Ratu Plaza yang berlokasi strategis di pusat kota Jakarta, tepatnya kawasan Sudirman-Senayan, Jakarta.

Saat ini banyak mal yang tingkat kunjungannya lebih dari 100%, bukan hanya di akhir pekan tapi hari biasa. Namun ada beberapa mal yang sepi bahkan lebih sepi dibanding sebelum pandemi. Penyebabnya macam-macam, bukan hanya 1-2 hal tapi akumulasi berbagai hal.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja pun buka suara mengenai banyaknya mal yang kian sepi sudah seperti kuburan.

“Fenomena ini ada sejak sebelum pandemi, ditambah berat lagi jadi akumulasi jadi seakan-akan mal sepi sama sekali bahkan seperti kuburan. Jadi bukan sekadar akibat PPKM, tapi pengelola nggak bisa respons yang terjadi pada perubahan gaya hidup dan gaya belanja,” katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (5/1/2023).

Seharusnya, kata dia, pengelola bisa memberi pengalaman berbeda kepada pengunjung, tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja. Pasalnya jika hanya menawarkan belanja, maka harus berhadapan dengan belanja online yang justru kian marak sejak pandemi.

“Harus diberi fungsi lain. Ini udah terbukti banyak mal yang kunjungan lebih dari 100% karena mal bisa memberi fungsi lain selain belanja,” kata Alphonzus.

Kebijakan PPKM karena pandemi, kata dia, hanya pemantik karena telah terakumulasi sebelumnya.

“Mal yang bersikukuh memfungsikan mal sebagai tempat belanja, terutama di kota besar seperti Jakarta di mana tuntutan lebih tinggi dari daerah kota kecil, persaingan lebih ketat dari kota besar, yang bersikukuh itu akan ditinggalkan pelanggannya,” kata Alphonzus.

Karena itu tidak ada jalan selain harus mengubah konsep dengan melakukan perubahan besar dan drastis. Pengalaman berbelanja ini bisa didapat dari permak gedung maupun mix tenant.

“Orang Indonesia suka ngumpul. Weekend libur penuh, jadi mal harus beri fasilitas ini. Jadi pelanggan nggak hanya belanja tapi ada social connection hub, costumer adalah makhluk sosial yang punya kebutuhan interaksi secara langsung, bukan hanya di dunia maya,” ujar Alphonzus.

“Mal harus manfaatkan ini, ada kebutuhan masyarakat untuk itu, jadi harus siapkan fasilitas tersebut, yang nggak punya fasilitas tersebut bakal ditinggal,” lanjut bos Agung Sedayu Group tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *