tribunwarta.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan bantuan Dana Siap Pakai (DSP) sebesar Rp250 juta untuk penanganan dampak dari awan panas guguran Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
“Bantuan ini untuk operasional di posko tanggap darurat, harapannya Lumajang ini segera bangkit dan akan lebih siap dan siaga lagi ke depannya untuk menghadapi bencana,” kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi dalam keterangan di Jakarta, Kamis pagi.
Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Prasinta Dewi yang mewakili Kepala BNPB kepada Bupati Kabupaten Lumajang Thoriqul Haq pada Rabu (7/12).
Bantuan DSP tersebut diperuntukkan untuk operasional pos komando (posko) penanganan darurat awan panas guguran APG (APG) Semeru.
Prasinta mengatakan setelah tahap tanggap darurat selesai, Pemerintah Kabupatan Lumajang dapat kembali berbenah dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
“BNPB akan selalu siap membantu dan mendampingi Pemkab Lumajang untuk melaksanakan program-program kesiapsiagaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam merespon bencana,” kata dia.
Selain DSP, BNPB juga memberikan bantuan logistik senilai Rp100 juta untuk penanganan pengungsi warga terdampak APG Semeru.
Hingga Rabu (7 /12), tidak ada laporan korban jiwa meninggal dunia akibat peristiwa APG Semeru.
Bupati Kabupaten Lumajang Thoriqul Haq mengatakan pemerintah kabupaten dan masyarakat sudah mengambil pelajaran dari kejadian serupa pada 2021.
“Terima kasih kami sampaikan kepada BNPB yang selalu memberikan perhatiannya kepada kami, mulai dari bencana tahun lalu hingga saat ini, yang hasilnya pada peristiwa APG kemarin tidak menimbulkan korban jiwa,” kata dia.
Warga dinilai semakin baik dalam merespon peringatan dini dari pemerintah dan petugas di lapangan.
“Alam memberikan pelajaran kepada kami. Kalau dilihat dari dampaknya memang masih ada beberapa yang terdampak parah, namun APG kemarin sudah direspon masyarakat dengan cepat. Masyarakat saat ini sudah tahu harus berbuat apa dan kemana untuk melakukan evakuasi apabila Gunung Semeru kembali erupsi,” kata dia.
Selain memberikan bantuan, Prasinta juga mengunjungi langsung salah satu pos pengungsian di Pos Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Dia memastikan penanganan pengungsi dan bantuan sudah memadai bagi pengungsi.
Jumlah warga mengungsi saat ini tersisa 560 jiwa yang tersebar di 10 titik pengungsian. Kebanyakan warga yang masih mengungsi merupakan warga yang rumahnya berada di zona merah.
Selain itu, Prasinta juga bertemu dengan para relawan yang bertugas di Posko Desa Penanggal. Dia berterima kasih dan mengapresiasi para relawan yang sudah bekerja keras untuk membantu penanganan darurat.
Prasinta juga menyempatkan diri untuk meninjau langsung salah satu desa terdampak paling parah yaitu Desa Kajar Kuning yang berada di Kecamatan Candipuro. Desa tersebut diperkirakan hanya berjarak 15 kilometer dari Gunung Semeru.
Terlihat rumah-rumah dan jalan yang masih tertutup material vulkanik dari Gunung Semeru. Desa tersebut masuk ke dalam zona merah atau Kawasan Rawan Bencana III yang berpotensi terlanda awan panas.
Meskipun tren aktivitas vulkanik semakin menurun, hingga Rabu (7/12) Gunung Semeru masih berstatus Level IV atau awas.
Masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 17 km dari puncak pusat erupsi.
Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepian sungai karena adanya potensi banjir lahar dingin.