tribunwarta.com –
JAKARTA, KOMPAS.com – Terdakwa Bharada E atau Richard Eliezer mengungkapkan bahwa Ferdy Sambo memerintahkan dirinya mengecek handphone atau ponsel Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J usai peristiwa penembakan di rumah dinas Kawasan Duren Tiga, Jakarta, 8 Juli 2022.
Richard menyampaikan hal ini saat dihadirkan menjadi saksi dalam sidang kasus pembunuhan berencana Brigadir J untuk terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di ruang sidang PN Jakarta Selatan, Selasa (13/12/2022).
Awalnya, dia menceritakan bahwa usai peristiwa penembakan Brigadir J, Ferdy Sambo mengenakan sarung tangan hitam.
Setelah Sambo menembakkan beberapa peluru ke arah tembok, sejumlah anak buahnya sempat dimarahi.
“Jadi pada saat itu Pak FS pakai sarung tangan hitam. Baru habis ditembakkan, diletakkan, berdiri Pak FS, lalu berjalan ke arah kami, Yang Mulia,” kata Richard di ruang sidang.
“Terus (FS) teriak, ‘kalian tidak bisa jaga Ibu’,” tambahnya menirukan suara Sambo.
Kemudian, Richard memutuskan untuk keluar rumah melalui pintu belakang.
Saat menuju ke luar rumah, Richard mengatakan bahwa diperintahkan Sambo untuk memeriksa ponsel Yosua.
“Pas lewat di belakang saya ketemu Bang Ricky, Pak FS bilang ‘Kau cek itu HP nya’. Baru langsung jalan keluar, Yang Mulia,” ujar Richard.
Diberitakan sebelumnya, Brigadir J tewas ditembak oleh Bharada E atas perintah Ferdy Sambo yang saat itu menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022.
Dalam kasus ini, Sambo dan Putri didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J bersama dengan Richard Eliezer, Ricky Rizal, dan Kuat Ma’ruf.
Peristiwa pembunuhan Yosua disebut terjadi akibat cerita sepihak istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi yang mengaku dilecehkan Yosua di Magelang.
Kemudian, Ferdy Sambo marah dan merencanakan pembunuhan terhadap Yosua yang melibatkan Richard, Ricky, dan Kuat.
Dari peristiwa tersebut, Richard Eliezer, Sambo, Putri, Ricky dan Kuat didakwa melanggar Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 56 ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Kelimanya terancam pidana maksimal hukuman mati, penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun.
Sementara itu, khusus untuk Sambo, jaksa juga mendakwanya terlibat obstruction of justice atau perintangan proses penyidikan pengusutan kasus kematian Brigadir J.
Ia dijerat dengan Pasal 49 juncto Pasal 33 subsider Pasal 48 Ayat (1) juncto Pasal 32 Ayat (1) UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 dan/atau Pasal 233 KUHP subsider Pasal 221 Ayat (1) ke 2 juncto Pasal 55 KUHP.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.