221.000 WNI Overstay di Arab Saudi, Puan Sebut Negara Harus Lindungi WNI di Mana Pun Mereka Berada

221.000 WNI Overstay di Arab Saudi, Puan Sebut Negara Harus Lindungi WNI di Mana Pun Mereka Berada

tribunwarta.com

KOMPAS.com – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Puan Maharani mengatakan, negara akan memberi perlindungan kepada seluruh warga negara Indonesia (WNI) di mana pun mereka berada.

“Tugas konstitusional negara Republik Indonesia adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Itu tidak hanya berlaku di Tanah Air saja, tetapi di mana ada orang Indonesia, di situ, negara harus hadir melindungi,” katanya.

Dia mengatakan itu saat meninjau program pelayanan pemberian paspor bagi WNI yang overstay di Arab Saudi (pasporisasi) di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, Saudi, Rabu (7/12/2022).

Puan berharap, program pasporisasi dapat memfasilitasi seluruh WNI di Arab Saudi yang membutuhkan kelengkapan dokumen kewarganegaraan.

“DPR RI berkomitmen mendukung penuntasan program ini. Saat ini ada sekitar lebih dari 221.000 WNI yang overstay dan membutuhkan paspor,” tegasnya dalam siaran pers, Kamis (8/12/2022).

Program pasporisasi digagas lantaran banyak WNI di Arab Saudi yang mengalami overstay, terutama Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Akibat overstay, dokumen kewarganegaraan mereka menjadi tidak berlaku. Menurut KJRI Jeddah, setiap hari ada 30-60 orang di Jeddah yang terjaring petugas Arab Saudi karena tidak berdokumen.

Puan mengapresiasi program gotong royong Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) tersebut.

“Karena salah satu akibat dari overstay dan tidak punya paspor adalah Bapak Ibu WNI tidak bisa pulang ke Indonesia. Ini yang menjadi kekhawatiran kita semua,” ujarnya.

Program pasporisasi bertujuan memberi kepastian hukum status kewarganegaraan bagi WNI di Arab Saudi. Program ini juga membantu proses kepulangan WNI yang overstay.

“Saya pesan kepada para petugas agar melayani WNI kita dengan sebaik-baiknya. Tugas kita adalah memudahkan dan melindungi mereka. Jadi prosesnya harus rapi, mudah dimengerti, dan cepat,” ungkapnya.

Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu mengatakan, program pasporisasi dapat membuat WNI bisa kembali ke Tanah Air apabila hendak pulang.

“Ini penting, karena jangan sampai Bapak/Ibu tercabut dari akarnya, yaitu Tanah air Indonesia. Memiliki paspor RI berarti memiliki identitas Indonesia. Jadi harus benar-benar menjadi orang Indonesia,” jelasnya.

Dengan adanya paspor, kata Puan, ada kepastian hukum status kewarganegaraan bagi WNI di Arab Saudi.

Dengan begitu, WNI di Saudi tidak lagi sulit dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang membutuhkan dokumen kewarganegaraan.

“Kalau ada yang sakit jadi bisa ke rumah sakit karena bisa menunjukkan dokumennya. Kemudian bisa punya akses layanan perbankan untuk transaksi keuangan seperti mengirim uang ke keluarga di Indonesia,” papar Puan.

“Lalu, anak-anak juga jadi bisa sekolah serta makin terlindungi dari praktik trafficking,” imbuhnya dalam peninjauan itu didampingi Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, Duta Besar (Dubes) RI untuk Saudi Abdul Aziz Ahmad, dan Konsul Jenderal RI di Jeddah Eko Hartono.

Bantuan program pasporisasi

Adapun program pasporisasi memberi kesempatan WNI yang overstay untuk menerima bantuan sosial, membuka rekening di perwakilan perbankan Indonesia di Saudi, dan mengurus sekolah anak-anaknya.

Tak hanya itu, pasporisasi juga membantu pendataan untuk pemilihan umum (pemilu) dan pendataan akurat jumlah WNI di Saudi, serta menjamin perlindungan dokumen WNI, khususnya PMI.

Selama tidak berdokumen kewarganegaraan, WNI yang overstay tidak bisa beraktivitas normal. Jika sakit, mereka tidak bisa ke fasilitas kesehatan karena tidak memiliki dokumen.

Dengan status stateless, para WNI tersebut juga tidak memiliki akses perbankan untuk transaksi keuangan.

Anak-anak WNI yang tak memiliki dokumen pun tidak bisa sekolah. WNI tak berdokumen juga memiliki daya tawar rendah ketika bekerja serta rawan menjadi korban perdagangan manusia.

Kemudian, mereka juga tidak bisa keluar dari Arab Saudi, termasuk tidak bisa pulang ke Indonesia.

Pada pelaksanaan program polarisasi, KJRI Jeddah memberi layanan bagi WNI hingga ke wilayah Thaif dan Madinah.

Selain di Jeddah, penerbitan paspor bagi WNI overstay di Arab Saudi berlangsung pula di KBRI Riyadh.

Meski program pasporisasi membantu WNI, Puan menyoroti tarif yang dikenakan dalam program tersebut.

Untuk penerbitan paspor, WNI dikenakan biaya 100 real atau sekitar Rp 415.000 jika masih memiliki paspor lama namun kedaluwarsa.

Jika paspor lama rusak, biaya penerbitan paspor seharga 250 real atau sekitar Rp 1 juta. Apabila paspor hilang, tarifnya menjadi 390 real atau sekitar Rp 1,2 juta.

“Intinya warga senang. Tapi tadi ada yang minta harganya dimurahin. Kapasitasnya juga masih kurang banyak, tidak maksimal. Harus jadi evaluasi,” pinta Puan.

Sementara itu, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly menyatakan, harga yang dikenakan kepada pemohon paspor semua sama. Namun, masa berlaku paspor program pasporisasi 10 tahun.

Dia menyebutkan, program pasporisasi dilaksanakan tanpa ada program khusus dari Pemerintah Arab Saudi.

“Program ini akan dilanjutkan terus sesuai permintaan dari Ketua DPR RI,” terang Yasonna.

Puan berinteraksi dengan WNI

Pada kesempatan itu, Puan melihat dan mengecek proses pasporisasi di KJRI Jeddah, mulai dari pendaftaran, verifikasi data diri WNI, hingga proses pembuatan paspor, seperti pengambilan sidik jari dan foto diri.

Mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu juga sempat berinteraksi dengan WNI yang sedang menjalani proses pasporisasi.

“Susah nggak buatnya? Apakah bertele-tele? Dipersulit atau ada pungli nggak?” tanya Puan kepada seorang WNI bernama Kholifah (46) yang sedang mengurus pembuatan paspor.

Kholifah yang bekerja sebagai PMI menyatakan, program pasporisasi yang diikutinya sangat bermanfaat. Menurutnya, pelayanan pembuatan paspor yang diterima baik dan tidak ada pungli.

“Nggak ada, Bu. Lancar semua. Saya senang banget ada program ini,” jawab perempuan asal Madura itu.

Puan kemudian berbincang dengan WNI lain bernama Sayati binti Madawi yang sudah tinggal di Jeddah selama 20 tahun.

Ia tak memegang paspor Indonesia sejak 2015. Lewat program ini, Sayati sekaligus mendaftarkan anaknya untuk dibuatkan paspor Indonesia.

“Minta tolong Ibu supaya pembuatan paspor anak saya diperlancar. Katanya fotonya beda. Di paspor lama (yang sudah kadaluarsa) masih kecil, sekarang anak saya sudah besar,” katanya.

Puan pun menjelaskan kepada Sayati untuk mengikuti proses pembuatan paspor bagi anaknya. Dia memastikan kebutuhan WNI akan dilayani secara maksimal.

“Ini makanya diverifikasi dulu ya dokumennya,” tuturnya.

Puan juga mengajak dialog dua orang PMI. Salah satu pekerja migran bernama Ari Kusuma berharap pemberlakukan program pasporisasi diperpanjang.

“Waktunya terlalu singkat dan penerimaan paspor lama, mohon dipercepat,” ungkap PMI yang sudah bekerja di Saudi selama 15 tahun tersebut.

Sementara itu, PMI bernama Arfah yang baru bekerja di Saudi selama tiga tahun mengaku kehilangan paspor karena diambil majikannya.

“Alhamdulillah ada program pasporisasi. Terima kasih, Bu Puan,” tutur PMI asal Sulawesi Barat itu.

Mendengar kabar itu, Puan meminta Menkum HAM Yasonna terus melanjutkan program pasporisasi. Dengan begitu, tak ada lagi WNI yang tidak memiliki dokumen kewarganegaraan.

“Saya sebagai Ketua DPR akan terus mendorong dan membantu program ini. Ini program bagus banget, harus dilanjutkan,” pesannya.

Selama meninjau pelaksanaan pasporisasi, Puan juga mendapati para pemohon paspor merasa senang atas program tersebut.

Para WNI yang sedang mengurus paspor pun menyatakan kegembiraannya atas kedatangan Puan.

Pemohon paspor mengaku sangat terbantu dengan program pasporisasi. Mereka menyatakan, informasi program pembuatan paspor Indonesia dari media sosial.

“Semua datang sukarela atas kemauan sendiri kan? Semoga semuanya lancar, ya,” ujar Puan.

“Iya ibu, terima kasih,” timpal para WNI yang membuat paspor.

Di akhir acara, Puan menyerahkan dokumen paspor yang telah terbit kepada 10 orang WNI.

Sebanyak lima paspor merupakan milik pelajar Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ) dan lima paspor lainnya milik pekerja migran.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *