Puluhan lilin dinyalakan di depan patung berwujud kepala singa bermahkota, yang terletak di depan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Lantunan doa dibisikkan para suporter Arema FC – atau dikenal sebagai Aremania. Beberapa di antara mereka menaburkan bunga dan meletakan syal Arema FC, di bawah patung itu. Sementara, deretan karangan bunga ucapan turut berduka cita, berjajar melingkar di sekitar tempat itu.
Guratan duka dan kesedihan mendalam nampak dari wajah mereka yang hadir. Semua bersedih karena tragedi yang menewaskan sedikitnya 125 orang, usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya, dengan skor akhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya. Aksi yang menurut rencana akan dilangsungkan selama tujuh hari ini merupakan bentuk solidaritas para supporter kepada rekan mereka yang tewas akibat kerusuhan.
Seperti yang diungkapkan Fathur Ridho, seorang Aremania.
“Untuk mendoakan teman-teman Aremania (yang meninggal). Kalau untuk teman-teman saya sendiri alhamdulillah semua selamat. Untuk solidaritas dari dulur-dulur (saudara) Aremania juga, karena untuk insiden kemarin adalah insiden yang sangat memilukan untuk saya sendiri,” katanya.
Vira yang merupakan Aremanita, atau wanita pendukung Arema, turut hadir di tempat itu. Sambil menangis mengenang teman-temannya yang meninggal, Vira menyesalkan kejadian yang menewaskan ratusan orang itu.
“Saya mendoakan teman saya yang gugur kemarin, saya cuma ingin ini dituntaskan setuntas-tuntasnya. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi,” kata Vira.
Ridho berharap, insiden ini dapat dijadikan pelajaran oleh semua suporter, agar tidak ada lagi permusuhan antar suporter, serta kekerasan yang dilakukan aparat keamanan terhadap suporter.
“Untuk suporter, mari kita jaga solidaritas kita. Untuk suporter-suporter yang lain, mari kita galangkan perdamaian. Jadi, jangan sampai kita suporter satu Indonesia, masih di dalam negara yang sama, kita masih banyak yang bermusuhan,” ujarnya.
Menurut Ridho, peristiwa ini tidak akan terjadi bila semua pihak menahan diri, dan tidak melakukan tindakan yang merugikan.
“Untuk aparat kepolisian, tolong kalian semua itu mengayomi, bukan ikut kompetisi. Jadi, kalau memang ada keributan atau kericuhan seperti ini, silakan bertindak sebijak mungkin. Jangan sampai salah tindakan yang berakibat fatal seperti ini,” kata Ridho.
Pantauan VOA hingga Senin malam Stadio Kanjuruhan, Malang, masih ditutup dan menjadi lokasi steril, dalam arti tidak ada yang diperkenankan keluar masuk. Tim Inafis Polri masih melakukan pemeriksaan di stadion yang merenggut sedikitnya 120 jiwa dan melukai lebih dari 200 lainnya. Sisa-sisa kerusuhan, termasuk kendaraan-kendaraan polisi yang rusak dan dibakar, sudah mulai dibersihkan. Meskipun demikian sejumlah material batu dan pecahan kaca masih tampak di berbagai jalan depan stadion itu. [pr/em]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.