Vaksin Kolera Kurang, WHO Ubah Standar Vaksinasi Jadi Satu Dosis

Vaksin Kolera Kurang, WHO Ubah Standar Vaksinasi Jadi Satu Dosis

Badan Kesehatan Dunia (WHO) hari Rabu (19/10) mengatakan akan menangguhkan untuk sementara waktu standar vaksinasi dua dosis untuk kolera, dan menggantinya dengan dosis tunggal. Hal ini dikarenakan kurangnya vaksin yang tersedia di tengah meningkatnya wabah di seluruh dunia.

WHO mengatakan, “Keputusan luar biasa itu menceminkan kondisi persediaan vaksin kolera yang parah” ketika negara-negara seperti Haiti, Suriah dan Malawi sedang berjuang memberantas wabah penyakit mematikan yang merebak lewat kontak dengan air dan makanan yang terkontaminasi.

Haiti pada 9 Oktober lalu mengkonfirmasi 32 kasus dan 18 kematian akibat kolera, sementara banyak kasus masih menunggu konfirmasi.

Dalam sebuah pernyataan hari Rabu, WHO mengatakan, “Strategi ini akan memungkinkan penggunaan vaksin di lebih banyak negara, pada saat terjadi peningkatan wabah kolera yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia.”

Direktur Urusan Darurat WHO Mike Ryan mengatakan kepada wartawan bahwa perubahan strategi itu adalah isyarat “skala krisis” yang disebabkan kurangnya fokus pada sanitasi yang aman dan imunisasi bagi semua yang berisiko terpapar.

“Ini adalah hari yang menyedihkan bagi kami karena harus mundur,” ujarnya lirih.

Strategi satu dosis telah terbukti efektif untuk melawan wabah kolera, tambah WHO, meskipun durasi perlindungan menjadi terbatas, dan tampaknya durasi itu menjadi lebih pendek pada anak-anak.

Kasus Kolera di 29 Negara Melonjak

Penyakit kolera sering tidak menimbulkan gejala apapun, atau gejala ringan saja, tetapi kasus yang serius dapat menyebabkan diare akut dan jika tidak diobati dapat membuat penderita meregang nyawa dalam hitungan jam.

Kasus kolera telah melonjak tahun ini, terutama di tempat-tempat di mana terdapat kemiskinan dan konflik.

Wabah kolera dilaporkan terjadi di 29 negara dan tingkat kematiannya meningkat tajam.

WHO juga mengatakan puerbhaan iklim membuat kolera menjadi risiko di semakin banyak negara, karena bakteri penyebabnya berkembang biak lebih cepat di perairan yang lebih hangat.

Wabah kolera di Suriah misalnya telah menewaskan sedikitnya 33 orang, menimbulkan bahaya besar ketika warga bertahan dalam perang saudara selama 11 tahun ini, dan menimbulkan ketakutan di kamp-kamp yang kini dipadati pengungsi.

UNHCR mengatakan wabah kolera di kamp pengungsi di bagian utara Kamerun telah menewaskan tiga orang, dan menulari sedikitnya 36 orang.

Kasus kolera pertama dikonfirmasi Sabtu (15/10) lalu di kamp pengungsi Minawao yang menampung sekitar 75.000 orang yang melarikan diri dari kekejaman kelompok pemberontak Boko Haram di Nigeria. [em/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *