Urgensi di PBB Meningkat terkait Perang Rusia di Ukraina

Urgensi di PBB Meningkat terkait Perang Rusia di Ukraina

Perang Rusia di Ukraina menimbulkan urgensi baru pada Rabu (21/9) pada sidang Majelis Umum PBB, menyusul eskalasi besar dari Presiden Vladimir Putin.

“Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami tanpa ragu akan menggunakan semua cara untuk melindungi Rusia dan rakyat kami – ini bukan gertakan,” kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu (21/9) pagi.

Presiden Joe Biden berbicara di Ruang Roosevelt Gedung Putih pada 26 Agustus 2022, di Washington. (Foto: AP)

Presiden Joe Biden berbicara di Ruang Roosevelt Gedung Putih pada 26 Agustus 2022, di Washington. (Foto: AP)

Di New York, Presiden Joe Biden mengatakan “ancaman nuklir terbuka” seperti itu menunjukkan “pengabaian secara sembrono” tanggung jawab Moskow berdasarkan aturan nonproliferasi.

Biden juga mengkritik rencana Putin untuk mengerahkan 300 ribu tentara cadangan dan mengadakan referendum di empat wilayah di Ukraina di mana pasukan Rusia menguasai beberapa daerah.

“Dunia harus melihat tindakan keterlaluan ini apa adanya,” kata Biden di ruang pertemuan yang penuh sesak.

Kepala Kebijakan Luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengadakan pertemuan darurat menteri-menteri luar negeri blok itu pada Rabu (21/9) malam di New York, menyusul apa yang ia sebut “eskalasi besar” oleh Putin.

“Dengan ancaman menggunakan senjata nuklir, ia berusaha mengintimidasi Ukraina dan semua negara yang mendukung Ukraina,” kata Borrell kepada wartawan di sela-sela sidang Majelis Umum. “Tetapi ia akan gagal, ia telah gagal, dan ia akan kembali gagal.”

Ia mengatakan masyarakat internasional tidak dapat menerima ancaman semacam itu dan para pemimpin yang berkumpul di PBB pekan ini harus bereaksi.

Borrell mengatakan ia tidak berencana untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, yang telah tiba di New York. Lavrov akan menghadiri pertemuan para menteri di Dewan Keamanan PBB hari Kamis, di mana ia kemungkinan besar akan bentrok dengan rekan-rekan Baratnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berpidato di sesi ke-77 Majelis Umum PBB, 21 September 2022, di markas besar PBB. (Foto: AP/Julia Nikhinson)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berpidato di sesi ke-77 Majelis Umum PBB, 21 September 2022, di markas besar PBB. (Foto: AP/Julia Nikhinson)

Sementara itu Presiden Volodymyr Zelenskyy diizinkan berpidato di majelis itu dalam pesan video yang direkam sebelumnya.

Ia mengatakan kepada masyarakat internasional bahwa kejahatan telah dilakukan terhadap negaranya dan Rusia harus dihukum untuk itu. Ia menguraikan lima prasyarat bagi perdamaian, yang mencakup ganti rugi finansial dari Moskow.

“Hukuman atas agresi, perlindungan jiwa, pemulihan keamanan dan integritas teritorial, jaminan keamanan dan tekad untuk membela diri,” katanya dalam bahasa Inggris. “Ini adalah formula bagi kejahatan dan hukuman.”

“Kami siap bagi perdamaian, tetapi perdamaian yang sejati, jujur dan adil,” tegasnya. Pidato Zelenskyy disambut tepuk tangan panjang, dengan beberapa delegasi berdiri.

Sementara itu Sekjen PBB Antonio Guterres menyambut baik pertukaran lebih dari 250 tahanan perang antara Ukraina dan Rusia pada Rabu (21/9).

“Ini bukan jumlah kecil, tetapi masih banyak yang harus dilakukan untuk meringankan penderitaan yang disebabkan oleh perang di Ukraina,” kata juru bicaranya, Stephane Dujarric. Ia menambahkan bahwa Guterres akan terus mendukung langkah-langkah tambahan apapun yang mungkin diambil. [uh/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *