Para pejabat Filipina memperingatkan potensi bahaya bagi pesawat dan kapal dari puing-puing roket China yang mungkin jatuh di perairan Filipina Utara, kata pihak berwenang Kamis (15/9). Namun, menurut mereka, tidak ada puing-puing yang terlihat sampai sejauh ini.
Badan Antariksa Filipina mengatakan roket Long March 7A diluncurkan China Selasa malam dari Pusat Peluncuran Antariksa Wenchang di pulau Hainan. Informasi itu mendorong badan tersebut untuk memberi tahu pihak berwenang Filipina sebelum peluncuran tentang potensi bahaya di dua daerah lepas pantai, di mana puing-puing dapat jatuh berdasarkan perkiraan.
“Zona jatuh” yang diperkirakan adalah 71 kilometer dari kota Burgos di provinsi Ilocos Norte dan 52 kilometer dari kota Santa Ana di provinsi Cagayan, kata badan antariksa itu, mengutip pemberitahuan dari Badan Penerbangan Sipil China kepada para pilot.
Bagian-bagian roket yang terlepas sebelum mencapai ruang angkasa seharusnya jatuh kembali di kawasan lepas pantai kurang dari satu jam setelah peluncuran roket, kata juru bicara Badan Antariksa Filipina Tricia Zafra.
”Sejauh ini, tidak ada penampakan. Kami terus meminta laporan,” kata Zafra kepada Associated Press. ”Semoga tidak ada yang cedera atau rusak terkait dengan itu.”
Otoritas Penerbangan Sipil Filipina memperingatkan Rabu melalui sebuah pemberitahuan yang dikeluarkan kepada pilot tentang kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh puing-puing roket di dua wilayah lepas pantai Filipina Utara.
“Sementara puing-puing roket tidak mungkin jatuh di darat atau daerah berpenghuni di wilayah Filipina, puing-puing yang jatuh masih merupakan ancaman besar bagi kapal, pesawat terbang, kapal penangkap ikan, dan kapal lain yang akan melewati zona jatuh,” kata Badan Antariksa Filipina dalam sebuah pernyataannya Selasa.
Juli lalu, puing-puing dari roket Long March 5B yang diluncurkan di China mendarat di perairan Filipina secara tidak terkendali, kata badan tersebut. Tidak ada kerusakan atau cedera yang dilaporkan.
Sejumlah nelayan pada saat itu menemukan lembaran logam robek yang menunjukkan bagian dari bendera China dan tanda roket Long March 5B di Laut Filipina Barat sekitar 160 kilometer dari kota Mambuao di provinsi Occidental Mindoro, menurut badan antariksa itu, menggunakan nama Filipina untuk bagian dari Laut China Selatan yang lebih dekat ke pantai baratnya.
Badan tersebut meminta masyarakat pada hari Selasa untuk segera memberi tahu pihak berwenang setempat jika menemukan puing-puing mengambang terlihat di laut dan memperingatkan orang-orang agar tidak mengambilnya atau melakukan kontak dekat dengan bahan-bahan tersebut.
China pernah mendapat kecaman karena membiarkan puing-puing roket jatuh ke bumi secara tidak terkendali setidaknya dua kali sebelumnya. NASA menuduh Beijing tahun lalu “gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab mengenai puing-puing antariksa mereka” setelah bagian dari roket China mendarat di Samudra Hindia.
Stasiun luar angkasa pertama negara itu, Tiangong-1, jatuh ke Samudra Pasifik pada 2016 setelah Beijing mengonfirmasi kehilangan kendali. Sebuah roket seberat 18 ton juga jatuh tak terkendali pada Mei 2020.
China juga menghadapi kritik setelah menggunakan misil untuk menghancurkan salah satu satelit cuaca yang tidak berfungsi pada 2007, sehingga meninggalkan puing-puing yang dapat membahayakan satelit-satelit pemerintah lain. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.