Serangan Rusia di kota-kota Ukraina akan menjadi kejahatan perang jika warga sipil sengaja menjadi sasaran, kata PBB Selasa (11/10), sementara menyebut lokasi dan waktu serangan itu “mengejutkan”.
Pasukan Rusia menghujani beberapa kota di Ukraina pada hari Senin dengan lebih dari 80 rudal, menurut Kyiv, sebagai pembalasan nyata atas ledakan yang merusak jembatan utama yang menghubungkan semenanjung Krimea ke Rusia.
Serangan Rusia di Ukraina itu dilancarkan beberapa jam sebelum pertemuan negara-negara G7 yang diperkirakan akan mengutuk serangan rudal sebelumnya yang menurut sekutu Kyiv adalah tanda keputusasaan Moskow.
Pertemuan G7 terjadi sehari setelah rudal Rusia mengguncang ibu kota Ukraina untuk pertama kali dalam beberapa bulan. Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa negaranya “tidak bisa diintimidasi”.
Pemimpin Ukraina itu mencuit setelah pembicaraan telepon dengan Presiden Joe Biden bahwa pertahanan udara adalah prioritasnya, dan bahwa ia berharap Amerika akan memimpin “sikap tegas” G-7 sementara kelompok itu mempertimbangkan tanggapan atas serangan Rusia.
Dalam video yang dirilis Selasa (11/10), Menteri Pertahanan Igor Konashenkov mengatakan pasukan Rusia telah melakukan “serangan besar-besaran dengan senjata presisi jarak jauh berbasis udara dan laut, terhadap fasilitas komando dan kendali militer serta sistem energi Ukraina.”
“Tujuan serangan telah tercapai. Semua objek sasaran sudah diserang,” imbuhnya.
Video itu disertai cuplikan peluncuran roket dari kapal perang, yang tidak dapat diverifikasi secara independen oleh kantor berita Associated Press. Konashenkov mengatakan dua fasilitas penyimpanan bahan bakar diserang di wilayah Dnipropetrovsk dan lima depot amunisi, roket dan artileri dihancurkan di dekat Mykolaiv.
Pemantau PBB: Rangkaian Serangan Rusia Tampak Terkoordinasi
Serangan pada Selasa adalah kelanjutan dari serangan Senin yang diklaim Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai besar-besaran ke ibu kota dan kota-kota lain di Ukraina.
Menurut pemantau PBB, rangkaian serangan itu tampaknya telah terkoordinasi. Mereka menunjuk lokasi dan waktu serangan yang dilancarkan ketika orang-orang dalam perjalanan ke tempat kerja atau sedang membawa anak-anak ke sekolah. Ini, kata mereka, sangat mengejutkan.
Juru bicara hak asasi manusia PBB Ravina Shamdasani mengatakan infrastruktur sipil penting termasuk setidaknya 12 fasilitas energi menjadi sasaran. Dia mencatat sebagian fasilitas itu mungkin sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup penduduk sipil menjelang bulan-bulan musim dingin.
Serangan itu “mungkin telah melanggar prinsip-prinsip perang di bawah hukum kemanusiaan internasional,” tambah Ravina Shamdasani.
“Kami telah melihat kisah orang tua yang terjebak dalam rumah mereka. Penyandang difabel juga tidak bisa melarikan diri. Ini tidak masuk akal. Kita harus menekankan bahwa dengan sengaja mengarahkan serangan ke warga sipil dan objek sipil, yaitu objek yang bukan failitas militer, adalah kejahatan perang,” tandasnya.
Dinas Penanggulangan Keadaan Darurat Ukraina mengatakan Selasa bahwa menurut data awal, 19 orang tewas dan 105 lainnya terluka. Kantor Urusan HAM PBB mengatakan serangan itu menewaskan sedikitnya 12 warga sipil. “Lokasi dan waktu serangan, ketika orang-orang pergi bekerja dan mengantar anak-anak ke sekolah sangat mengejutkan,” kata Shamdasani.
“Kami sangat prihatin bahwa beberapa serangan tampaknya menarget infrastruktur sipil yang penting. Banyak objek sipil, termasuk puluhan bangunan tempat tinggal dan infrastruktur vital sipil, termasuk setidaknya 12 fasilitas energi, rusak atau hancur di delapan wilayah. Ini menunjukkan bahwa serangan ini mungkin telah melanggar prinsip-prinsip perang di bawah hukum kemanusiaan internasional,” lanjutnya.
Juru bicara itu mengatakan bahwa kerusakan pada pembangkit dan saluran listrik menjelang musim dingin yang akan datang menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut mengenai perlindungan warga sipil dan dampaknya terhadap populasi yang rentan. “Serangan yang menarget warga sipil dan objek yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup warga sipil dilarang berdasarkan hukum kemanusiaan internasional,” kata Shamdasani.
“Kami mendesak Federasi Rusia untuk menahan diri dari eskalasi lebih lanjut, dan mengambil semua tindakan yang layak untuk mencegah korban sipil dan kerusakan infrastruktur sipil,” katanya.
Juru bicara itu mengatakan laporan tentang sejumlah orang tua yang terjebak di rumah mereka akibat serangan itu dan orang-orang cacat yang tidak dapat melarikan diri adalah “tidak masuk akal”.
Misi Pemantau HAM PBB di Ukraina akan terus mengumpulkan informasi tentang korban sipil akibat serangan ini, dan mendokumentasi pelanggaran HAM dan hukum kemanusian internasional di berbagai penjuru negara itu, kata Shamdasani. [ab/ka]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.