Naiknya Rishi Sunak ke kursi perdana menteri Inggris telah digambarkan oleh sebagian pendukungnya sebagai “momen Obama”-nya Inggris – perbandingan yang merujuk pada terpilihnya Barack Obama sebagai presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat pada 2008.
Sunak, yang merupakan keturunan India, menjadi perdana menteri non-kulit putih pertama Inggris. Pria berusia 42 tahun yang memeluk Hindu itu ditunjuk menjadi perdana menteri pada Selasa (25/10), setelah memenangkan mayoritas dukungan anggota parlemen dari Partai Konservatif. Ia juga menjadi perdana menteri Inggris termuda dalam lebih dari 200 tahun terakhir.
Tonggak Sejarah
Tonggak sejarah itu disambut baik oleh semua pihak di parlemen ketika Sunak tiba di gedung parlemen pada hari Rabu untuk menghadiri sesi Pertanyaan bagi Perdana Menteri pertamanya.
“Perdana menteri Inggris keturunan Asia pertama adalah momen yang penting dalam sejarah negara kita, dan ini menjadi pengingat bahwa untuk semua tantangan yang kita hadapi sebagai sebuah negara, Inggris merupakan sebuah tempat di mana orang-orang dari semua ras dan keyakinan dapat mewujudkan impian mereka,” kata pemimpin oposisi dari Partai Buruh, Keir Starmer, di hadapan para anggota parlemen.
Presiden AS Joe Biden sendiri pada Senin (24/10) menggambarkan penunjukkan Sunak sebagai PM Inggris sebagai “hal yang cukup menakjubkan” dan “sebuah terobosan bersejarah.”
Momen Obama?
Anand Menon, dosen ilmu politik di Kings College London, memandang skeptis perbandingan antara penunjukan Sunak di Inggris sebagai PM dan terpilihnya Obama sebagai presiden AS.
“Pertama, karena, sebenarnya, ras bukanlah masalah besar dalam politik kami di Inggris, tidak seperti di AS. Kedua, karena cara Sunak dipilih. Ia dipilih oleh para anggota parlemen untuk menjadi ketua partai. Sementara Barack Obama mendapatkan amanat rakyat Amerika dengan terpilih menjadi presiden. Jadi skala kemenangannya sangat berbeda dengan yang kita lihat di sini,” kata Menon kepada VOA.
Meski demikian, penunjukan Sunak tetap merupakan momen yang penting bagi Inggris, ungkap Menon yang juga keturunan India.
“Melihat seorang keturunan Asia Selatan yang beragama Hindu memiliki jabatan tertinggi di negeri ini adalah hal yang penting,” katanya. “Dan ini penting dalam hal reputasi negara juga penting bagi anak-anak muda dari etnik minoritas yang melihatnya dan berpikir, ‘Saya ternyata bisa juga melakukannya.’”
Anggota Parlemen Terkaya
Rishi Sunak dianggap sebagai anggota parlemen Inggris yang paling kaya. Ia bersekolah di Winchester College, sebuah sekolah swasta eksklusif, kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Oxford dan menjadi seorang manajer hedge fund sebelum memasuki parlemen tahun 2015.
Istri Sunak, Akshata Murthy, adalah putri seorang taipan India. Ia baru mulai membayar pajak Inggris tahun ini setelah menerima tekanan politik pascapengungkapan bahwa dirinya berstatus “tidak berdomisili” di Inggris, yang artinya urusan keuangannya tidak tunduk pada undang-undang perpajakan Inggris. Kekayaan mereka berdua ditaksir mencapai $830 juta (sekitar Rp12,9 triliun).
“Kita tidak boleh lupa bahwa ada banyak aspek keragaman, dan salah satu yang mungkin dilakukan pemerintah secara lebih buruk alih-alih lebih baik adalah keragaman sosial-ekonomi,” kata Menon.
“Semakin sedikit anggota parlemen dari kelas pekerja, semakin sedikit anggota pemerintahan yang tidak bersekolah di sekolah swasta,” tambahnya.
Saat ditanya tentang kekayaannya pada hari Rabu, Sunak menyatakan bahwa ia akan membela masyarakat yang paling rentan, terlepas dari kemungkinan dilakukannya pemangkasan anggaran dan kenaikan pajak dalam beberapa minggu ke depan, mengingat pemerintah Inggris sudah berjanji akan mengurangi jumlah utang.
Akar di India
Sunak lahir di Southampton, di pantai selatan Inggris, dari orang tua keturunan India yang pindah ke Inggris dari Kenya pada 1960-an.
Tahun ini, India menandai 75 tahun kemerdekaannya dari Inggris. Bagi sebagian orang, penunjukkan Sunak amatlah penting.
“Jika seseorang berketurunan India menjadi perdana menteri Inggris – Inggris yang sama yang menjajah kami selama bertahun-tahun – maka ini adalah momen kebangaan bagi seluruh India,” kata Manoj Garg, 54 tahun, seorang pengusaha asal Delhi, kepada AP.
Manpreet Singh, yang juga penduduk Delhi, menyambutnya juga dengan gembira. “Inggris memerintah kami selama 200 tahun dan sekarang saya merasa orang India akan memerintah Inggris selama 200 tahun ke depan,” katanya. [rd/rs]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.