Puluhan ribu orang memadati jalan raya utama Kota Edinburgh, Royal Mile.
Diapit oleh tentara dari Resimen Kerajaan Skotlandia dan Royal Company of Archers, peti mati Ratu Elizabeth II dibawa ke jantung kota kuno itu. Keempat anak mendiang Elizabeth mengikuti dari belakang, dipimpin oleh Raja Charles III dalam seragam tentara, Putri Anne, Pangeran Andrew dan Pangeran Edward.
Pemandangan itu menggambarkan kedukaan keluarga yang diselimuti oleh tradisi berusia ratusan tahun, sambil disaksikan dan dirasakan bersama dengan masyarakat.
Rosamund Allen, salah seorang pengunjung, mengatakan, “Sangat mengharukan. Prosesi itu berlangsung dengan sangat hening. Saya merasa sangat tak tega melihat pihak keluarga harus tampil di muka umum. Mereka sungguh berani. Dan saya benar-benar berharap dan berdoa agar mereka bisa mengambil hikmah dari prosesi ini dan berkesempatan untuk berduka secara pribadi. Mereka sangat baik karena mengizinkan kami menjadi bagian dari kesedihan mereka.”
Peti itu dibawa ke Katedral St. Giles untuk misa kebaktian syukur atas kehidupan sang ratu yang dihadiri oleh keluarga kerajaan dan politisi senior.
Penatua Gereja Skotlandia Morag Mylne menuturkan, “Kita berdoa bagi seluruh bangsa kita agar dapat hidup sesuai dengan umur panjang Ratu kita yang agung dan bijaksana, teladannya yang bersinar, komitmen teguhnya terhadap tugas-tugasnya, keyakinannya yang kuat serta humornya yang baik. Kami berterima kasih atas rasa cintanya yang mendalam, yang telah ia ilhami dari seluruh pengabdiannya.”
Dalam sebuah momen yang mengharukan, keempat anak mendiang ratu kemudian berdiri dalam hening di samping peti matinya.
Jenazahnya akan diterbangkan ke London hari Selasa (13/9) waktu setempat – dan akan disemayamkan di Westminster Hall, London.
Dari dalam gedung abad ke-11 yang sama itu, Raja Charles III menyampaikan pidato di hadapan kedua majelis parlemen pada hari Senin (12/9) setelah menerima belasungkawa resmi.
“Saat masih sangat muda, mendiang Yang Mulia Ratu berjanji pada dirinya sendiri untuk mengabdi kepada negara dan rakyatnya dan untuk mempertahankan prinsip-prinsip berharga dari pemerintahan konstitusional yang berada pada jantung bangsa kita. Sumpah ini dia pegang dengan pengabdian yang tak tertandingi. Ia memberikan contoh tugas tanpa pamrih, yang – dengan bantuan Tuhan dan nasihat Anda – saya tekadkan untuk ikuti dengan setia,” kata Charles.
Keluarga kerajaan sudah terbiasa berduka di mata publik. Kematian Ratu Elizabeth telah memicu curahan simpati dan emosi publik yang luar biasa.
Ratusan ribu orang diperkirakan akan berusaha melayat peti mati ratu saat ia disemayamkan di London. Pihak berwenang telah memperingatkan pelayat untuk bersiap mengantre hingga 11 jam dan mengantisipasi gangguan perjalanan yang parah di ibu kota Inggris itu. [rd/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.