Dilangsungkan setiap empat tahun sekali di negara yang sama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA, Piala Dunia Anak Jalanan ditujukan untuk merayakan bakat anak-anak rentan dari seluruh dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Tahun ini, 28 tim dari 24 negara, mewakili anak-anak jalanan dari seluruh dunia, diberi kesempatan untuk merasa dihargai oleh masyarakat.
Meski mempertontonkan aksi anak jalanan, acara ini sebetulnya mempertemukan anak jalanan dan mantan anak jalanan yang berhasil mengubah hidup mereka, seperti dari Braszl, Afrika Selatan, Nikaragua, Ukraina, India, Filipina dan Tanzania.
Saddock John adalah salah satu mantan anak jalanan itu.”Sepak bola bagi saya berarti segalanya karena itu adalah hal pertama yang membuat saya mendapat sorotan dan menunjukkan kepada orang lain betapa berharganya saya,” katanya.
John sudah ditinggal ayahnya sewaktu kecil. Ia, bersama lima saudara laki-lakinya, hanya dibesarkan oleh ibunya. Sejak usia 12 tahun, ia pun terpaksa mencari nafkah untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Kepandaiannya memainkan bola bundar di jalanan menarik perhatian sebuah sekolah sepak bola yang kemudian merekrutnya.
John terpilih bermain untuk Tim Tanzania di Piala Dunia Anak Jalanan pertama di Afrika Selatan pada tahun 2010 di mana ia mencetak gol pertama. Empat tahun kemudian di Rio 2014, John menjadi pelatih Tim Tanzania. Ia kemudian menghadiri Piala Dunia Anak Jalanan pada 2018 sebagai sosok pemimpin muda berbakat.
John kini adalah seorang pengusaha pakaian yang baru-baru ini merilis karyanya sendiri yang disebut King of Ibiza sambil tetap meluangkan waktu untuk melatih anak-anak bermain sepak bola di komunitasnya.
Menurut CEO Piala Dunia Anak Jalanan John Wroe, turnamen ini dirancangnya dulu karena terinspirasi oleh seorang anak laki-laki yang ditemuinya di Afrika Selatan.
“Saya bertemu dengan seorang anak laki-laki bernama Andelay yang senang bermain sepak bola. Ia telah berada di jalanan selama sepuluh tahun dan ia berkata kepada saya: ketika orang melihat saya di jalanan, mereka berkata, saya adalah anak jalanan, tetapi ketika mereka melihat saya bermain sepak bola, mereka berkata, saya adalah manusia. Saya adalah orang seperti Anda. Dan itu memberi saya ide untuk menyelenggarakan Piala Dunia Anak Jalanan,” paparnya.
Piala Dunia Anak Jalanan pertama berlangsung pada tahun 2010 di Afrika Selatan.
Turnamen ini tidak hanya merayakan kecintaan anak-anak jalanan terhadap sepak bola, tapi juga mengadvokasi hak-hak mereka, seperti identitas, perlindungan dari kekerasan, akses ke pendidikan dan kesetaraan gender.
UNICEF mengatakan sekitar 356 juta anak hidup dalam kemiskinan ekstrem di seluruh dunia. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.