Laporan Sebut Pelecehan dalam Liga Sepak Bola Perempuan AS Bersifat Sistemik

Laporan Sebut Pelecehan dalam Liga Sepak Bola Perempuan AS Bersifat Sistemik

Sebuah penyelidikan independen terhadap sejumlah skandal yang terjadi di dalam Liga Sepak Bola Perempuan Nasional Amerika Serikat (NWSL) menemukan bahwa kekerasan emosional dan pelanggaran seksual terjadi secara sistemik dalam olah raga tersebut. Kekerasan yang terjadi telah berdampak pada berbagai elemen dalam liga seperti kesebelasan, pelatih, dan juga pemain, demikian diungkapkan dalam poran yang dirilis pada Senin (3/10).

“Kekerasan yang terjadi di dalam NWSL telah mengakar pada kultur sepak bola perempuan, dimulai dari liga remaja yang menormalisasi penggunaan kata-kata kasar dalam latihan dan tidak jelasnya batasan antara pelatih dan pemain,” ujar mantan jaksa agung AS Sally Q. Yates dalam laporan investigasi tersebut.

Organisasi sepak bola AS (US Soccer) memerintahkan dilakukannya penyelidikan tersebut. Penyelidikan dilakukan oleh Yates dan firma hukum King & Spaulding setelah mantan pemain sepak bola Sinead Farrelly dan Mana Shim melaporkan tuduhan pelecehan dan tindakan seksual secara paksa yang dilakukan mantan pelatih Paul Riley yang terjadi satu dekade yang lalu.

Laporan mengenai dugaan kekerasan tersebut dilaporkan dalam situs berita olahraga The Athletic pada September 2021.

Riley, yang menyangkal tuduhan tersebut, langsung dipecat dari kursi pelatih utama klub North Carolina Courage, dan Komisioner NWSL Lisa Baird mengundurkan diri setelah kasus tersebut menyeruak ke permuakaan.

Penyelidikan itu memperoleh temuan bahwa masalah tersebut terjadi secara luas. Lima dari 10 pelatih kepala dalam Liga tersebut pada musim lalu dipecat atau mengundurkan diri di tengah tuduhan pelanggaran yang mereka lakukan.

“Kekerasan secara verbal dan emosional yang para pemain gambarkan yang terjadi dalam NWSL bukanlah semata-mata bentuk dari pelatihan yang ‘keras.’ Dan para pemain yang mengalami kekerasan tersebut bukanlah pemain yang biasa-biasa saja. Mereka adalah bagian dari atlet-atlet terbaik di dunia,” tulis Yates dalam laporannya.

Penyelidik mewawancara lebih dari 200 orang dalam pembuatan laporan tersebut. Sekitar dua lusin organisasi dan individual menyerahkan dokumen bukti. US Soccer juga memberikan sejumlah dokumen dan firma hukum yang ditunjuk telah meninjau 89.000 dokumen yang dinilai terkait dengan kekerasan yang terjadi.

Presiden US Soccer Cindy Parlow Cone menyebut temuan itu “memilukan dan sangat meresahkan.”[jm/em/rs]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *