Demontrasi ini dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun yang tewas dalam tahanan polisi setelah ditangkap polisi moral karena tidak mengenakan jilbab secara benar.
Kantor berita IRNA hari Minggu (25/9) melaporkan Kementerian Luar Negeri Iran telah memanggil duta besar Inggris dan Norwegia pada hari Sabtu (24/9) untuk menyampaikan protes tersebut.
Iran merujuk pada “karakter bermusuhan” media berbahasa Persia yang berkantor di London, dan mengeluhkan kepada diplomat Norwegia tentang “sikap intervensi” ketua parlemen negara itu yang secara terang-terangan menyampaikan dukungan kepada para demonstran melalui Twitter.
Dalam acara “This Week” di stasiun televisi ABC hari Minggu, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan mengatakan demonstrasi di Iran itu “mencerminkan keyakinan luas bahwa mereka (para demonstran.red) berhak mendapatkan martabat dan hak mereka, dan bahwa Amerika mendukung mereka.
Ia menegaskan bahwa Amerika mendukung orang-orang “yang mempertahankan hak mereka.”
Sejumlah perempuan Iran secara terbuka memotong rambut mereka atau membakar jilbab yang dikenakan dalam demonstrasi di jalan-jalan, ketika mssa yang marah menyerukan mundurnya Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Televisi pemerintah Iran mengatakan 41 orang telah meregang nyawa.
Pemerintah Iran telah membatasi layanan internet dan seluler untuk mencegah lebih banyak liputan tentang demonstrasi yang meluas, kebakaran di jalan-jalan dan bentrokan polisi dengan demonstran.
Dua belas cabang bank hancur dalam kerusuhan beberapa hari terakhir ini, dan 219 STM telah dirusak.
Akun Twitter aktivis @1500tasvir Sabtu malam memasang video protes di distrik Sattarkhan di barat Teheran yang menunjukkan para demonstran berkumpul di sebuah lapangan sambil meneriakkan kata “jangan takut, kita semua bersama-sama.” Sebuah sepeda motor, yang tampaknya milik polisi anti huru-hara, dibakar.
Dalam video lain yang dipasang di media sosial, para pemuda di kota Babol utara berkumpul di gerbang universitas dan berupaya menurunkan potret Khamenei dan Ayatollah Ruhollah Khomeini, pendiri Republik Islam Iran. Sementara sejumlah diktator yang mengamati upaya ini menerikkan kalimat “Matilah diktator!”
Presiden Ebrahim Raisi mengatakan telah memerintahkan penyelidikan atas penahanan dan kematian Amini. Namun ia tidak menyebut kasus Amini ini dalam pidato di sidang Majelis Umum PBB pekan lalu. [em/jm]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.