tribunwarta.com – Rezim Korea Utara (Korut) mengawali tahun 2023 dengan mengancam Korea Selatan.
Mereka pun mengumumkan rencana pengembangan rudal balistik yang lebih mumpuni serta persenjataan nuklir yang lebih besar.
Mengawali tahun 2023 ini, Korea Utara melakukan serangkaian peluncuran peluru kendali balistik.
Pemimpin Korut, Kim Jong Un menegaskan, Pyongyang siap meningkatkan produksi senjata nuklir dan mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang lebih handal, seperti disiarkan oleh kantor berita KCNA.
Kim juga menyatakan, Korea Selatan adalah musuh yang tidak diragukan lagi dari Korea Utara . Itu sebabnya, Korea Utara sangat ingin membangun senjata yang dahsyat dan berbahaya.
Korea Selatan hidup dalam bayang-bayang agresi dari tetangga utaranya sejak tahun 1950-an. Namun, para analis mengatakan, ancaman dan provokasi yang dilontarkan
Pyongyang saat ini, harus menjadi perhatian yang mendalam.
Kim Sang-woo, mantan politikus sayap kiri Kongres Korea Selatan untuk Politik Baru mengatakan, situasi keamanan di semenanjung Korea kembali memburuk.
Presiden Korea Selatan, Yoon Sukyeol, yang mulai memangku jabatan pada Mei 2022, telah berjanji untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Korea Utara dibandingkan dengan pendahulunya Moon Jae-in.
Dia juga mengumumkan, sedang mendiskusikan kemungkinan Seoul menggelar latihan nuklir bersama dengan Washington.
Ancaman Korea Utara juga diperkirakan akan segera melakukan uji coba senjata nuklir bawah tanah lainnya, yang pertama sejak 2017.
Seorang analis di Institut Sejong, Cheong Seong-chang, mengatakan kepada surat kabar The Korea Times pada pekan ini. Dia meyakini, uji coba nuklir ketujuh Korea Utara akan bertepatan dengan salah satu dari tiga tanggal penting yang akan datang di Korea Utara .
Tanggal 8 Januari adalah hari ulang tahun Kim Jong Un , 16 Februari menandai hari ulang tahun Kim Jong Il, mendiang ayahnya. Sementara, tanggal 8 Februari adalah peringatan 75 tahun berdirinya Tentara Rakyat Korea.
Kim Sang-woo dari Kim Dae-jung Peace Foundation mengatakan, pengumuman bahwa Korea Utara berhak untuk melakukan serangan nuklir preventif jika dianggap ada ancaman terhadap rezim di Pyongyang, merupakan perubahan yang mengkhawatirkan dalam filosofi keamanan.
“Saya tidak melihat ini sebagai perlombaan senjata di semenanjung Korea. Soalnya, Korut terus-menerus mengembangkan kemampuan nuklirnya, bahkan saat mereka membantahnya. Jelas ada alasan untuk khawatir dengan situasi keamanan saat ini,” kata Kim.***