Kebangkitan China Picu Isu Keamanan

Kebangkitan China Picu Isu Keamanan

Kepala badan intelijen siber Inggris (GCHQ) Jeremy Fleming hari Selasa (11/10) menuduh China berupaya “menulis ulang aturan keamanan internasional,” dengan mengatakan China menggunakan kekuatan ekonomi dan teknologinya untuk menekan warga di dalam negeri dan melakukan kontrol di luar negeri.

Fleming mengatakan meskipun perang berkecamuk di Eropa sejak invasi Rusia ke Ukraina, tumbuhnya kekuatan China menjadi “risiko besar” bagi keamanan dan kemakmuran masa depan Inggris dan negara-negara Barat lainnya.

Dalam pidato publik yang jarang dilakukan di lembaga think tank Royal United Services Institute, Fleming menuduh otoritas komunis China berupaya “mendapatkan keuntungan strategis dengan membentuk ekosistem teknologi dunia.”

Menurutnya sistem satu partai di China berusaha mengendalikan populasi China dan melihat negara-negara lain “sebagai musuh potensial atau negara klien potensial untuk diancam, disuap atau dipaksa.”

Beberapa tahun terakhir ini hubungan antara Inggris dan China semakin dingin, di mana pejabat-pejabat Inggris menuduh China melakukan dalih ekonomi dan pelanggaran HAM.

Mata-mata Inggris telah memberi penilaian yang semakin negatif terhadap pengaruh dan niat China.

Tahun lalu kepala badan intelijen luar negeri Inggris (MI6), Richard Moore, menyebut China sebagai salah satu ancaman terbesar bagi Inggris dan sekutunya.

Pada tahun 2020 Perdana Menteri Inggris ketika itu Boris Johnson mengikuti Amerika, dengan melarang operasi perusahaan teknologi Huawei dengan alasan menimbulkan risiko keamanan, dan memerintahkan agar Huawei dikeluarkan dari jaringan telekomunikasi 5G Inggris selambat-lambatnya pada tahun 2027 mendatang.

Fleming memperingatkan bahwa China sedang berusaha memecah atau mengkotak-kotakkan infrastruktur internet guna melakukan kontrol yang lebih besar.

Ditambahkannya, China berusaha menggunakan mata uang digital yang digunakan oleh bank-bank sentral untuk mengintip transaksi pengguna dan sebagai cara menghindari sanksi internasional di masa depan; sebagaimana yang dijatuhkan banyak negara terhadap Rusia karena invasinya ke Ukraina.

Fleming menilai sistem satelit BeiDou milik China – suatu alternatif untuk teknologi navigasi GPS yang kini banyak digunakan – dapat berisi “kemampuan anti-satelit yang kuat, dengan doktrin menolak akses negara lain ke luar angkasa jika terjadi konflik.”

Fleming juga bicara tentang perang Rusia di Ukraina, dengan mengatakan Rusia kekurangan senjata dan “tindakan berani Ukraina di medan perang dan di dunia maya telah mengubah keadaan.” “Pasukan Rusia kini kelelahan,” ujar Fleming seraya menambahkan “penggunaan tahanan untuk memperkuat pasukan mereka, dan kini mobilisasi puluhan ribu wajib militer yang tidak berpengalaman, menunjukkan sikap yang putus asa.”

GCHQ, yang secara resmi dikenal sebagai Kantor Pusat Komunikasi Pemerintah Inggris, adalah salah satu dari tiga badan intelijen utama Inggris – bersama MI5 dan MI6.

Fleming tidak mengungkapkan sumber-sumber intelijennya di China dan Rusia. [em/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *