Pemerintah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Jumat (28/10), menyetujui paket ekonomi yang akan mencakup pendanaan pemerintah sekitar 29 triliun yen ($200 miliar) untuk meringankan beban biaya akibat kenaikan tarif utilitas dan harga pangan.
Inflasi telah meningkat di Jepang seiring dengan melonjaknya harga secara global. Melemahnya yen terhadap dolar juga telah meningkatkan biaya impor.
Paket stimulus itu termasuk subsidi untuk rumah tangga, yang banyak dipandang sebagai bagian dari upaya Kishida untuk mengangkat popularitasnya yang merosot. Pemerintahannya telah diguncang oleh kedekatan hubungan Partai Demokrat Liberal yang berkuasa dengan gereja Unifikasi yang berbasis di Korea Selatan, yang menjadi sorotan setelah pembunuhan mantan pemimpin Shinzo Abe Juli lalu.
Jepang terpaksa menggunakan langkah-langkah fiskal, atau pengeluaran pemerintah, untuk menghadapi persoalan ekonomi saat ini. Sementara bank-bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga secara agresif untuk mencoba menjinakkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, Bank of Japan, bank sentralnya, menghindarinya.
Bank of Japan malah mempertahankan suku bunga acuannya di minus 0,1 persen sejak 2016, dan mempertahankan kebijakan moneter longgarnya yang sudah berlangsung lama pada pertemuan pembuatan kebijakan pemerintah yang berakhir pada hari Jumat.
Dengan melakukan itu, yen berisiko melemah lebih lanjut karena Federal Reserve, Bank Sentral Amerika masih menaikkan suku bunga acuannya, sehingga cenderung membuat nilai dolar lebih tinggi. Fakta ini pada gilirannya akan menaikkan harga-harga di Jepang mengingat negara itu banyak mengimpor barang-barang yang dikonsumsinya.
Tingkat inflasi Jepang relatif moderat, yakni tiga persen, namun ada kekhawatiran ekonomi akan terhenti jika tidak diatasi dengan pengeluaran pemerintah.
Paket bantuan ekonomi yang disetujui Kabinet mencakup subsidi sekitar 45.000 yen ($300) untuk tagihan listrik dan gas rumah tangga dan kupon belanja senilai 100.000 yen ($680) untuk perempuan yang sedang hamil atau membesarkan bayi.
Paket pengeluaran 29 triliun yen ($200 miliar) ini akan menjadi bagian dari anggaran tambahan yang masih harus disetujui oleh parlemen. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.