Berlin, Jumat (16/9) mengambil alih operasi perusahaan minyak Rusia Rosneft di Jerman, untuk mengamankan pasokan energi yang telah terganggu sejak Moskow menginvasi Ukraina.
Anak-anak perusahaan Rosneft di Jerman, yang menyumbang sekitar 12 persen kapasitas kilang minyak di negara itu, ditempatkan di bawah pewalian Badan Jaringan Federal, kata kementerian ekonomi dalam sebuah pernyataan. “Manajemen perwalian akan menangkis ancaman terhadap keamanan pasokan energi,” sebut kementerian itu.
Penyitaan itu berlangsung sementara Jerman berupaya keras untuk melepaskan ketergantungannya pada bahan bakar fosil Rusia. Moskow telah menghentikan pengiriman gas alam ke Jerman melalui jaringan pipa Nord Stream 1.
Langkah ini mencakup penyitaan terhadap perusahaan Rosneft Deutschland GmbH (RDG) dan RN Refining & Marketing GmbH (RNRM), serta saham terkait mereka di tiga kilang: PCK Schwedt, MiRo dan Bayernoil.
Kekhawatiran meningkat terutama bagi PCK Schwedt, yang terletak di dekat perbatasan Polandia dan memasok sekitar 90 persen minyak yang digunakan Berlin dan wilayah sekitarnya, termasuk bandara internasional Berlin-Brandenburg.
Operasi di kilang-kilang tersebut terganggu ketika pemerintah Jerman memutuskan untuk mengurangi impor minyak Rusia, dengan target menghentikan sepenuhnya pada akhir tahun.
Dengan mengambil alih kontrol fasilitas-fasilitas tersebut, otoritas Jerman dapat menjalankan operasi kilang itu dengan menggunakan minyak mentah dari negara lain selain Rusia.
Gempa energi
Perang Rusia di Ukraina telah menimbulkan gempa energi di Eropa dan terutama di Jerman, dengan harga-harga meroket karena Moskow mengurangi pasokan. Jerman sendiri menghadapi dampaknya yang sangat serius mengingat negara itu sangat tergantung pada gas Rusia.
Moskow juga telah semakin mencengkeram kekuasaannya atas kilang-kilang minyak, jaringan pipa dan infrastruktur gas Jerman lainnya melalui perusahaan energi raksasa Rosneft dan Gazprom selama bertahun-tahun.
Kesepakatan energi dengan Rusia telah lama dianggap sebagai dari kebijakan Jerman untuk mempertahankan perdamaian melalui kerja sama dengan rezim presiden Rusia Vladimir Putin.
Energi murah yang dipasok Rusia juga sangat penting untuk membuat ekspor Jerman berdaya saing. Akibatnya, pangsa gas Rusia di Jerman telah berkembang menjadi 55 persen dari impor total, sebelum perang di Ukraina. Tetapi pendekatan itu kini berbalik jadi menghantui Jerman.
Pada awal April lalu, pemerintah Jerman mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan mengambil kendali anak perusahaan Gazprom di Jerman untuk sementara waktu, setelah transfer kepemilikan perusahaan itu yang tidak jelas menimbulkan kewaspadaan di Berlin.
Jerman juga sedang berupaya keras menemukan sumber-sumber baru energi sementara kiriman dari Rusia berkurang sejak invasi di Ukraina.
Pemerintah Jerman juga telah mengambil langkah tegas untuk mengoperasikan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara, sementara dua pembangkit listrik tenaga nuklirnya disiagakan sejak April, bukannya menutup secara bertahap hingga tuntas sesuai rencana pada akhir tahun ini. [uh/ab]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.