Tuduhan suap terhadap sejumlah mantan anggota panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo menjerat perusahaan ketiga yang mensponsori pesta olahraga akbar itu, sementara jaksa Jepang “menangkap kembali” Haruyuki Takahashi untuk ketiga kalinya, Selasa (27/9).
Tuduhan terbaru terfokus pada dana 15 juta yen ($104.000) yang diterima Takahashi dan seorang pejabat lain dari Daiko Advertising Inc., yang berbasis di Osaka, Jepang Tengah, kata Jaksa Distrik Tokyo dalam sebuah pernyataannya.
Penangkapan yang terjadi pada hari yang sama dengan pemakaman kenegaraan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang menghadirkan para pejabat asing termasuk Presiden IOC Thomas Bach dan Wakil Presiden AS Kamala Harris ini, menegaskan tekad jaksa untuk menuntaskan skandal Olimpiade ini hingga ke akar-akarnya.
Budaya Jepang biasanya lebih memilih “menyelamatkan muka,” dan menutupi sesuatu yang memalukan di panggung internasional. Penangkapan itu kemungkinan menunjukkan isyarat menciutnya ambisi Jepang untuk bersaing menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2030.
Seorang pejabat Daiko juga ditangkap. Daiko meminta maaf atas penangkapan tersebut karena menciptakan masalah bagi pelanggan dan pemangku kepentingan, dan berjanji untuk bekerja sama dalam penyelidikan.
Daiko adalah perusahaan ketiga yang terjerat dalam skandal Olimpiade yang kian melebar. Aoki Holdings, sebuah perusahaan pakaian yang mendandani tim Olimpiade Jepang, dan penerbit utama Kadokawa, sebelumnya telah dipersoalkan.
Dengan lebih dari 50 perusahaan yang mensponsori Olimpiade Tokyo, muncul spekulasi akan adanya serangkaian penangkapan dan kasus ini bisa berlanjut selama berbulan-bulan.
Takahashi, 78, mantan eksekutif di perusahaan periklanan Dentsu, telah ditahan sejak penangkapan pertamanya pada 17 Agustus atas dugaan suap dari Aoki senilai total 51 juta yen ($350.000).
Aoki, yang terkenal sebagai produsen busana setelan murah, adalah pilihan mengejutkan untuk seragam tim Jepang. Tiga pejabat Aoki juga ditangkap.
Bulan lalu, jaksa menangkap kembali Takahashi, dengan tuduhan menerima suap tambahan, kali ini dari Kadokawa, yang juga membuat film dan game, dengan total 76 juta yen ($530.000).
Penunjukan Kadokawa sebagai sponsor memungkinkan perusahaan itu menerbitkan program-program dan buku-buku lain yang berhubungan dengan Olimpiade Tokyo. Dua pejabat Kadokawa ditangkap terkait kasus ini.
Delapan hari kemudian, jaksa menangkap Tsuguhiko Kadokawa, presiden perusahaan itu, atas tuduhan menyuap Takahashi dengan 69 juta yen ($480.000). Kadokawa menegaskan dirinya tidak bersalah.
Takahashi telah secara resmi didakwa menerima suap dalam pembayaran Aoki. Pada hari Selasa, ia secara resmi didakwa menerima suap dalam pembayaran Kadokawa.
Takahashi memiliki pengaruh besar dalam mengatur sponsor Olimpiade, meskipun ia tidak lagi tercantum dalam dewan direksi Dentsu sejak 2009.
Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade pada musim panas 2021, setelah penundaan satu tahun karena pandemi. Biaya penyelenggaraan pesta olahraga ini secara resmi tercatat $13 miliar, sebagian besar diambil dari dana publik. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.