Jelang G20, Indonesia Pastikan Siap Lakukan Transisi Energi

Jelang G20, Indonesia Pastikan Siap Lakukan Transisi Energi

Transisi energi menjadi hal penting dalam mengatasi perubahan iklim menuju nol emisi karbon. Apalagi dunia, saat ini sedang menghadapi krisis pasokan energi akibat perang Rusia-Ukraina. Indonesia memastikan kesiapan transisi energi dengan mendorong berbagai program dekarbonisasi,

Energi hijau merupakan bagian dari komitmen pemerintah Indonesia dalam menghadirkan energi yang lebih ramah lingkungan, yang secara bertahap akan menggantikan energi fosil.Sebagai dukungan terhadap upaya pemerintah, PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) yang merupakan bagian dari BUMN, telah menerapkan energi hijau dalam pemenuhan produksi biodiesel di kilangnya.

Dirut PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Adityawarman, mengatakan energi hijau melalui limbah minyak goreng maupun limbah cair kelapa sawit, telah dikembangkan menjadi biodiesel dan akan terus ditingkatkan sesuai peta jalan bauran energi pemerintah. Pengembangan itu rencananya akan menambah kapasitas produksi dari 3.000 barel menjadi 6.000 barel per hari, yang berarti akan menyumbang pengurangan produksi karbondioksida (CO2) sebesar 280.000 ton per tahun.

Pada tahun 2022, Pertamina NRE menargetkan kapasitas EBT terpasang sebesar 2,9 GW. (Foto: Pertamina)

Pada tahun 2022, Pertamina NRE menargetkan kapasitas EBT terpasang sebesar 2,9 GW. (Foto: Pertamina)

“Rencananya kami akan dikembangkan menjadi kapasitas 6.000 barel per hari, yang bisa juga mengolah, ke depannya yaitu used cooking oil (minyak jelantah) dan juga POME (palm oil mill effluent),
jelas Taufik Adityawarman.

Sementara itu, Direktur Utama PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE), Ahmad Yuniarto, mengatakan pemerintah menargetkan pencapaian net zero emission pada 2060, dengan mempercepat bauran energi terbarukan. Panas bumi merupakan 100 persen energi terbarukan yang potensinya sangat besar dimiliki Indonesia. Pertamina bersama mitra-mitranya memproduksi energi listrik dari panas bumi sebesar 210 megawatt per tahun pada saat ini , dan akan terus berusaha meningkatkannya di masa depan.

“Selama lima tahun kedepan kita juga punya rencana tidak hanya 210 MW, tapi juga sebesar 600 MW yang akan kita ditambahkan sebagai kontribusi kita untuk pengembangan renewable energy di Indonesia, dan juga penciptaan nilai dari sumber daya panas bumi di Indonesia,” jelas Ahmad Yuniarto.

Pertemuan internasional yang digelar BUMN di Nusa Dua, Bali, 17-18 Oktober 2022, menunjukkan kesiapan Indonesia dalam menghadirkan transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Menteri BUMN, Erick Thohir, berharap pengembangan energi bersih merupakan agenda besar Indonesia dan negara-negara lain di dunia

“SOE International Conference mengangkat topik yang mendukung fokus pemerintah pada G20, yaitu digitalisasi, transisi energi, inklusi keuangan, dan transformasi kesehatan,” jelas Erick Thohir.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan komitmen pemerintah yang untuk lebih memanfaatkan energi terbarukan dalam mengembangkan komoditas sumber daya alam.

“Melalui hilirisasi industri Indonesia tidak lagi mengadakan komoditas mentah, dan mulai beralih ke industri yang bernilai tambah. Sebagai contoh hilirisasi nikel yang akan dikembangkan menjadi lithium baterai, memberikan kontribusi besar bagi peningkatan ekspor Indonesia. Kedepan, tidak hanya nikel Indonesia juga akan mengembangkan komoditas lainnya, seperti timah, tembaga, bauksit, menggunakan mixed energi dalam pengembangannya,” jelas Luhut Binsar Pandjaitan. [pr/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *