Hubungan Rusia dan Korea Utara Semakin Dekat pada Hari Ulang Tahun Putin

Hubungan Rusia dan Korea Utara Semakin Dekat pada Hari Ulang Tahun Putin

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengirimkan ucapan selamat ulang tahun kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, yang berulang tahun pada 7 Oktober. Ia mengucapkan selamat karena Putin “menghancurkan tantangan dan ancaman Amerika Serikat” – pertanda baru semakin dekatnya hubungan kedua negara.

Korea Utara mencoba memenuhi kebutuhan Rusia akan hubungan pertemanan.

Dengan semakin meningkatnya upaya untuk mengisolasi Rusia setelah invasinya ke Ukraina, Moskow semakin menghargai hubungannya dengan Korea Utara.

Berikut ini gambaran seperti apa hubungan kedua negara bermula, dan bagaimana keduanya menjadi semakin dekat.

Bendera Rusia dan Korea Utara terlihat di depan stasiun kereta api pusat di Vladivostok, Rusia, Rabu, 24 April 2019. (Foto: via AP)

Bendera Rusia dan Korea Utara terlihat di depan stasiun kereta api pusat di Vladivostok, Rusia, Rabu, 24 April 2019. (Foto: via AP)

Dukungan Politik

Korea Utara yang berpaham komunis didirikan pada masa awal Perang Dingin dengan dukungan Uni Soviet.

Korea Utara kemudian berperang melawan Korea Selatan dan sekutu-sekutu Baratnya hingga menemui jalan buntu dalam Perang Korea pada tahun 1950-1953.

Negara itu amat bergantung pada bantuan Soviet selama puluhan tahun.

Keruntuhan Uni Soviet tahun 1990-an memicu gelombang kelaparan yang mematikan di Korea Utara.

Para pemimpin Pyongyang terdahulu kerap menggunakan Beijing dan Moskow untuk menyeimbangkan satu sama lain.

Namun Kim Jong-un cenderung memiliki hubungan yang dingin dengan keduanya, setelah China dan Rusia bergabung dengan AS untuk menjatuhkan sanksi berat atas uji nuklir yang dilakukan Korea Utara.

Pada 2019, Kim dan Putin bertemu untuk pertama kalinya pada sebuah konferensi tingkat tinggi setelah Kim mencoba memperbaiki hubungan negaranya dengan Rusia.

Sejak itu, Rusia menyusul langkah China menentang sanksi-sanksi baru bagi Korea Utara, memveto dorongan penjatuhan sanksi yang dipimpin AS Mei lalu dan secara terbuka membelah Dewan Keamanan PBB sejak lembaga itu mulai menghukum Pyongyang pada 2006.

Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un naik lift menuju pembicaraan di Vladivostok, Rusia, Kamis, 25 April 2019. (Foto: via AP)

Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un naik lift menuju pembicaraan di Vladivostok, Rusia, Kamis, 25 April 2019. (Foto: via AP)

Dukungan Bagi Perang Ukraina

Korea Utara membalas dukungan Rusia kepadanya dengan mendukung secara terbuka invasi Rusia ke Ukraina Februari lalu.

Korea Utara menjadi satu dari sedikit negara yang mengakui kemerdekaan wilayah-wilayah Ukraina yang memisahkan diri.

Minggu ini, Korut menunjukkan dukungannya terhadap pencaplokan beberapa wilayah Ukraina oleh Rusia.

Beberapa pengamat politik berteori, dukungan timbal balik itu membuka realitas geopolitik baru.

AS sendiri sempat menyebut bahwa Rusia mendekati Korea Utara untuk membeli jutaan amunisi dan senjata lainnya untuk mengisi kembali pasokannya.

Kedua negara membantah klaim tersebut.

Hubungan Ekonomi

Sebagian besar perdagangan Korea Utara melewati China.

Namun Rusia merupakan mitra penting yang potensial – terutama untuk urusan minyak, kata pengamat.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjabat tangan. (Foto: AFP)

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjabat tangan. (Foto: AFP)

Moskow membantah telah melanggar sanksi PBB, namun kapal-kapal tangki Rusia dituduh membantu menghindari batasan ekspor minyak ke Korea Utara.

Perdagangan dan kontak manusia antarkedua negara hampir berhenti total ketika pandemi COVID-19 terjadi, di mana Korea Utara memberlakukan penguncian perbatasan yang ketat. Akan tetapi, laporan pemerintahan setempat tampaknya mengindikasikan bahwa beberapa pembatasan itu akan segera dicabut.

Pejabat Rusia bahkan sempat membahas gagasan untuk mempekerjakan tenaga kerja Korea Utara di wilayah-wilayah Ukraina yang memisahkan diri, meskipun mekanisme itu telah dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. [rd/pp]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *