Pada pembukaan debat Sidang Umum Majelis PBB, Selasa (20/9), Sekjen PBB Antonio Guterres telah mengingatkan para pemimpin pemerintahan di dunia mengenai ketegangan geopolitik yang menghambat kemajuan dunia dan umat manusia.
“Kesenjangan geopolitik merusak kerja Dewan Keamanan, merusak hukum internasional, merusak kepercayaan dan kepercayaan rakyat pada lembaga-lembaga demokrasi, merusak semua bentuk kerja sama internasional; kita tidak bisa terus seperti ini,” katanya.
Indonesia bersama negara-negara lain yang tergabung dalam gerakan non-blok (GNB) menganggap sikap GNB yang tidak memihak bisa berkontribusi dalam memecahkan masalah-masalah yang menghambat dunia saat ini.
Sejalan dengan keyakinan ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, melalui serangkaian pertemuan bilateral pada Rabu (21/9,) menjelaskan persiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah pada KTT G20 kepada GNB serta kelompok G3.
Global Governance Group atau G3 adalah kelompok informal dari negara-negara kecil dan menengah yang secara kolektif ingin mendapat perwakilan suara yang lebih besar untuk bisa lebih efektif menyalurkan sikapnya pada G20. G3 yang dibentuk oleh Singapura terdiri dari 30 negara anggotanya, presiden Majelis Umum PBB, presiden G20, serta dua presiden G20 sebelumnya.
GNB sangat meyakini nilai-nilai yang mereka anut masih sangat relevan untuk mengatasi sebagian besar krisis dunia saat ini, mulai dari masalah pangan, ekonomi, hingga konflik bersenjata yang melibatkan negara-negara aliansi dan besar.
“Indonesia yakin bahwa gerakan non-blok ini bisa memberikan pengaruh yang lebih besar mengenai pentingnya paradigm baru untuk dunia yang mempromosikan strategic trust, kemudian menghormati integritas kedaulatan dan juga selalu mendorong penyelesaian damai,” ujarnya.
Indonesia pada Rabu (21/9) juga menghadiri pertemuan kelompok negara yang menangani krisis global, atau Global Crisis Response Group (GCRG) di mana Presiden Joko Widodo menjadi salah satu dari enam pemimpin dunia yang ditunjuk untuk memfasilitasi konsensus guna menangani krisis global.
Menlu Retno Marsudi dalam pertemuan GCRG menyampaikan tiga krisis yang dihadapi dunia saat ini, yaitu terkait dengan iklim, COVID-19 dan perang.
“Dari tiga hal ini, hanya satu yang bias kita lakukan untuk menanganinya, yaitu perdamaian dan kolaborasi,” tukasnya.
Terkait ketahanan pangan global, Indonesia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap masalah pupuk. Jika masalah pendistribusian dan produksi pupuk tidak segera ditangani, kata Retno, maka tahun depan situasi pangan dunia akan semakin memburuk.
Pertemuan bilateral Indonesia, Rabu (21/9), ditutup dengan pertemuan Menlu bersama Deputi Perdana Menteri Vietnam, Pham Binh Minh dan Deputi Menteri Luar Negeri AS, Wendy R. Sherman yang membahas sejumlah isu mendesak terkait peran Indonesia dalam komunitas global. Delegasi Indonesia hingga pekan depan juga masih akan melakukan sejumlah pertemuan kerjasama dengan negara-negara lainnya termasuk, Kamis (22/9), dengan Turki. [my/ah]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.