China, Jumat (30/9), membantah kecaman dua anggota kongres AS terkait karantina para diplomat Amerika dan anggota keluarga mereka di bawah peraturan ketat COVID-19 negara itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan China “mengadopsi protokol pencegahan epidemi berbasis ilmu pengetahuan dan efektif untuk rakyat China dan orang asing yang datang ke China tanpa diskriminasi.”
Kebijakan itu, kata Mao, “terbuka dan transparan”. Terlepas dari status mereka, semua pengunjung AS harus mematuhi kebijakan epidemi China, termasuk observasi medis dan pemantauan kesehatan pascamasuk China, kata Mao kepada wartawan pada briefing harian.
“Pernyataan-pernyataan seperti itu, oleh dua anggota Kongres AS benar-benar tidak masuk akal dan sama sekali tidak berdasar,” kata Mao, seraya menambahkan bahwa kedua anggota Kongres itu tampaknya menunjukkan tanda-tanda fobia China.
James Comer, anggota DPR Partai Republik dari Kentucky, dan Michael T. McCaul, anggota DPR Partai Republik dari Texas, menulis surat kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Rabu, meminta klarifikasi tentang karantina para diplomat AS itu dan anggota keluarga yang dilakukan oleh China.
“Para pejabat kedutaan AS di Beijing baru-baru ini mengonfirmasi bahwa 16 diplomat AS dan anggota keluarga mereka telah ditahan di luar kemauan mereka – selama pandemi – di kamp-kamp karantina dan dikenai tindakan pengurungan yang ketat tanpa tanggal rilis yang pasti,” kata surat itu.
“Fraksi Republik khawatir bahwa diplomat AS dapat atau telah ditekan untuk menyerahkan intelijen saat ditahan di kamp-kamp karantina,” katanya. “China menimbulkan ancaman geopolitik bagi Amerika Serikat dan tidak boleh memaksa diplomat AS masuk dan mengawasi mereka di bawah kebijakan karantina yang kejam.”
Kedutaan Besar AS tidak segera mengomentari surat itu pada hari Jumat.
Surat itu dilayangkan menyusul munculnya sebuah artikel di surat kabar Washington Post pada bulan Juli yang mengutip kedutaan yang mengatakan 16 personel diplomatik AS atau anggota keluarga mereka telah “dikirim paksa ke pusat-pusat karantina medis pemerintah China sejak pandemi dimulai.”
Artikel itu mengatakan bahwa Departemen Luar Negeri menyimpulkan bahwa itu adalah “pelanggaran yang jelas” terhadap Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik dan bahwa Duta Besar AS untuk China Nicholas Burns telah mendapatkan janji bahwa diplomat AS dan anggota keluarga mereka akan diizinkan untuk dikarantinakan di rumah mereka. atau di kedutaan, dan bukan di pusat-pusat isolasi yang dikelola pemerintah yang terkenal dengan kebersihan yang buruk, kepadatannya dan kurangnya privasi.
Mao mengatakan ia tidak mengetahui situasi ke-16 orang Amerika yang disebutkan itu atau bagaimana data jumlah itu diperoleh. “Lebih tidak masuk akal lagi bila mengatakan bahwa China memperoleh informasi intelijen dari AS melalui karantina,” katanya. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.