Adidas memutus kerja samanya dengan rapper Amerika Serikat Ye, yang sebelumnya dikenal dengan nama Kanye West, akibat pernyataan ofensif dan antisemitnya. Perusahaan pakaian olahraga asal Jerman itu menjadi perusahaan terbaru yang memutus hubungan dengan Ye.
“Adidas tidak menoleransi antisemitisme dan segala bentuk ujaran kebencian lainnya,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan pada Selasa (25/10). “Komentar dan tindakan Ye baru-baru ini tidak dapat diterima, penuh kebencian dan berbahaya, dan itu melanggar nilai-nilai keragaman, inklusi, saling menghormati dan keadilan perusahaan.”
Perusahaan itu menghadapi tekanan untuk memutus kerja samanya dengan Ye setelah selebriti dan warganet di media sosial mendesak Adidas untuk bertindak. Perusahaan itu mengatakan pada awal bulan bahwa pihaknya tengah meninjau kembali kesepakatan kerja sama sepatu sneaker yang menguntungkan dengan sang rapper.
Adidas mengatakan, pada Selasa, bahwa pihaknya melakukan “tinjauan menyeluruh” dan akan segera menghentikan produksi lini sepatu Yeezy dan menghentikan pembayaran kepada Ye dan perusahaannya. Perusahaan pakaian olahraga itu memperkirakan akan menderita kerugian hingga 250 juta euro (sekitar Rp3,8 triliun) dalam pendapatan bersihnya tahun ini akibat pemutusan kerja sama tersebut.
Langkah Adidas, di mana sang CEO Kasper Rorsted akan mundur pada tahun depan, diambil setelah akun media sosial Ye ditangguhkan Twitter dan Instagram bulan ini, karena unggahan antisemitnya di platform-platform tersebut melanggar kebijakan kedua raksasa media sosial itu.
Belum lama ini Ye juga mengatakan bahwa perbudakan adalah sebuah pilihan. Ia juga menyebut vaksin COVID-19 sebagai “penanda binatang,” di antara komentar lainnya. Ia juga dikritik karena mengenakan kaus bertuliskan “White Lives Matter” ke pertunjukan koleksi busana Yeezy-nya di Paris.
Agensi talent yang menaunginya, CAA, telah melepasnya. Sementara studio MRC mengumumkan pada Senin (24/10) bahwa pihaknya membatalkan dokumenter penuh mengenai sosok Ye.
Rumah mode Balenciaga juga memutus kerja samanya dengan Ye pekan lalu, menurut mediaWomen’s Wear Daily. JPMorganChase dan Ye pun telah mengakhiri hubungan bisnisnya, meskipun pengakhiran kerja sama itu telah dipersiapkan sejak sebelum Ye mengeluarkan pernyataan antisemit.
Dalam beberapa minggu terakhir, Ye juga telah mengakhiri hubungan perusahaannya dengan Gap dan mengatakan kepada Bloomberg bahwa ia berencana memutus hubungan dengan para pemasok perusahaannya.
Setelah ia ditangguhkan dari Twitter dan Facebook, Ye mengajukan penawaran untuk membeli situs jejaring sosial konservatif Parler.
Sementara itu, sejumlah demonstran, pada Sabtu (22/10), memasang spanduk di atas sebuah jembatan di Los Angeles dengan pesan yang memuji pernyataan antisemit Ye. Tindakan tersebut memicu kecaman di media sosial dari kalangan selebriti dan warganet yang lantas menyatakan bahwa mereka mendukung masyarakat Yahudi.
Di Jerman, di mana Adidas bermarkas, pemimpin kelompok Yahudi setempat menyambut baik keputusan perusahaan itu, meski mengatakan bahwa langkah itu “sudah terlambat.”
“Saya akan menghargai sikap tegas yang diambil lebih awal oleh perusahaan asal Jerman yang sebelumnya juga terlibat dengan rezim Nazi,” kata Josef Schuster, presiden Dewan Pusat Yahudi di Jerman, dalam sebuah pernyataan.
“Adidas telah melakukan banyak hal untuk menjauhkan diri dari masa lalunya dan, seperti banyak merek pakaian olahraga lain, juga salah satu perusahaan yang melakukan banyak kampanye menentang semitisme dan rasisme. Itulah kenapa pemutusan hubungan lebih awal dengan Kanye West akan terasa lebih tepat.” [rd/rs]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.