Obat Sirup Buatan India Makan Korban Lagi, 18 Anak Meninggal

Obat Sirup Buatan India Makan Korban Lagi, 18 Anak Meninggal

tribunwarta.com – Obat sirup buatan India kembali memakan korban. Setelah kasus di Gambia, kini giliran 18 anak di Uzbekistan meninggal dunia setelah mengonsumsi obat sirup yang diproduksi oleh India Marion Biotech, Doc-1 Max.

Dilansir dari CNN Internasional, Kementerian Kesehatan Uzbekistan melaporkan bahwa dari 21 anak yang menderita penyakit pernapasan akut, 18 di antaranya diduga meninggal dunia karena mengonsumsi obat sirup Doc-1 Max. Obat sirup yang diperuntukkan untuk gejala pilek dan flu tersebut dikonsumsi oleh anak-anak tanpa resep dokter atau saran apoteker.

Setelah peristiwa itu, Kementerian Kesehatan Uzbekistan menyelidiki obat sirup Doc-1 Max untuk mencari penyebab kematian. Hasil penyelidikan menemukan bahwa satu batch sirup mengandung etilen glikol (EG).

Masih belum diketahui secara pasti apakah korban meninggal disebabkan oleh mengonsumsi obat batch yang dimaksud, mengonsumsi obat dengan dosis yang melebihi aturan, atau keduanya. Namun, Pemerintah Uzbekistan dilaporkan telah menarik seluruh obat tersebut dari peredaran.

Hingga saat ini, Marion Biotech, Quramax Medical selaku importir, dan Kementerian Kesehatan India belum memberikan pernyataan apapun. Namun, pemerintah India melaporkan bahwa Kementerian Kesehatan sedang menyelidiki masalah ini.

Pemerintah India dilaporkan tengah melakukan inspeksi di sejumlah pabrik obat negaranya untuk memastikan standar kualitas obat yang diproduksi, Selasa (27/12/2022).

Diketahui, EG merupakan penyebab terjadinya kasus gagal ginjal akut pada anak di Gambia dan Indonesia beberapa waktu lalu. Namun, kasus Uzbekistan lebih serupa dengan kasus di Gambia. Setidaknya, 70 anak Gambia meninggal dunia akibat mengonsumsi obat batuk dan pilek hasil produksi Maiden Pharmaceuticals asal India.

India dikenal sebagai “apotek dunia”. Dilaporkan, ekspor obat-obatannya meningkat lebih dari dua kali lipat selama dekade terakhir, yaitu menjadi US$24,5 miliar atau sekitar Rp383,6 triliun (kurs Rp15.659/US$) pada tahun fiskal lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *