Warung Kelontong Tidak Tumbang Digempur Minimarket, Kenapa?

Warung Kelontong Tidak Tumbang Digempur Minimarket, Kenapa?

tribunwarta.com – Bisnis warung kelontong ternyata tetap eksis di tengah gempuran minimarket. Padahal, banyak pengamat yang mengkhawatirkan bahwa warung kelontong akan tamat riwayatnya.

Ternyata, di setiap ada ancaman, bagi orang-orang yang kreatif, termasuk di dunia bisnis, justru dibaca sebagai ada peluang.

Makanya, bagi para pelaku usaha kecil seperti pemilik toko kelontong, jangan terlalu cemas bersaing dengan minimarket yang makin merambah masuk ke kawasan pemukiman.

Memang, kalau melihat penetrasi dua minimarket paling agresif, Alfamart dan Indomaret, seakan tidak memberi kesempatan warung kelontong untuk bernapas.

Tapi, sehebat-hebatnya suatu usaha, termasuk misalnya yang dimiliki seorang konglomerat sekalipun, pasti ada kelemahannya.

Maka, mempelajari dengan seksama apa kekuatan dan kelemahan minimarket, menjadi dasar strategi yang diterapkan oleh pelaku usaha kecil yang ingin sukses.

Misalnya, soal kelengkapan barang, pedagang warung kelontong bisa meniru minimarket.

Meskipun, karena warungnya kecil, barang yang banyak jenis dan mereknya itu, terpaska ditumpuk.

Pemandangan barang yang display-nya kurang memenuhi kaidah estetika itu, bisa dimaafkan, toh yang penting barangnya lengkap.

Bahkan, minimarket adakalanya juga tidak lengkap, tidak menyediakan semua merek dari jenis barang tertentu.

Maka, pedagang toko kelontong harus jeli. Jika ada konsumen yang menanyakan merek tertentu yang belum tersedia, catat dulu dan janjikan besok akan ada.

Lalu, segera cari barang dengan merek yang diminta itu. Mungkin tersedia di agen atau grosir tertentu pula.

Membeli dari agen yang berani memberi harga paling murah, menjadi salah satu strategi pedagang warung kelontong yang bisa bersaing dengan minimarket.

Untuk itu, perlu semacam survei kecil-kecilan, agen atau distributor mana yang termurah yang ada di kota domisili si pedagang.

Bisa jadi si pedagang harus belanja di beberapa agen, karena untuk barang tertentu lebih murah di Agen A, tapi barang lain lebih murah di Agen B.

Setelah dapat barang, si pedagang harus menerapkan strategi berikutnya, yakin menjual dengan mengambil untung yang tipis.

Soalnya, bagi kebanyakan konsumen, faktor harga merupakan yang paling menentukan, selain barang yang komplit.

Dengan harga murah, kalau bisa sedikit di bawah harga minimarket, omzet penjualan akan meningkat dan barang berputar lebih cepat.

Jangan mengira karena mengambil untung tipis, maka penghasilan si pedagang akan pas-pasan.

Justru, karena jumlah pelanggan yang membeli cukup banyak, maka secara total keuntungan setiap hari juga memadai.

Asal si pedagang bisa menjalankan pola hidup sederhana, tidak gampang mengambil uang kas warung untuk keperluan pribadi, usahanya bisa sukses.

Jujur dalam menjelaskan mutu barang kepada konsumen, wajib dilakukan pedagang. Soalnya, begitu konsumen tidak percaya, omzet bisa anjlok.

Nah, kelemahan utama dari minimarket adalah minimnya interaksi atau ngobrol-ngobrol antara pembeli dan pelayan.

Minimarket juga agak sedikit formil, di mana orang yang mau ke sana enggan pakai daster atau pakai celana pendek.

Demikian pula bila hanya membeli satu jenis barang saja, rasanya tidak enak bagi konsumen.

Semua itu tidak terjadi jika belanja di warung kelontong. Tak masalah bila hanya membeli sebungkus kerupuk saja, atau bahkan hanya satu batang rokok (bukan satu bungkus).

Melayani dengan ramah sekaligus bersosialisasi dengan pembeli, menjadi kekuatan warung kelontong.

Jadi, konsumen tak perlu malu pakai daster dan bersandal jepit yang jepitannya nyaris putus.

Itulah beberapa hal yang menjadi penentu, kenapa warung kelontong tidak tumbang, meskipun digempur minimarket dari berbagai sisi.

    Tonny Syiariel 27 November 2022 07:4013 menit lalu
    Pagi Bung Irwan,
    Betul sekali. Pegawai minimarket biasanya ‘orang luar’ dan memang minim interaksi. Sedangkan pemilik warung kelontong bisa dianggap orang setempat yg sdh lebih lama dikenal. Jadi lebih mudah berinteraksi.
    Salam hangat

Pagi Bung Irwan,
Betul sekali. Pegawai minimarket biasanya ‘orang luar’ dan memang minim interaksi. Sedangkan pemilik warung kelontong bisa dianggap orang setempat yg sdh lebih lama dikenal. Jadi lebih mudah berinteraksi.
Salam hangat

KOMPASIANA ARENA

    Dapatkan Hadiah Senilai Rp200.000!

    TTS – Teka – Teki Santuy Eps 103 Pahlawan Nasional Asal Yogyakarta

    TTS – Teka – Teki Santuy Eps 102 Tanaman Obat Paling Populer di Indonesia

Dapatkan Hadiah Senilai Rp200.000!

TTS – Teka – Teki Santuy Eps 103 Pahlawan Nasional Asal Yogyakarta

TTS – Teka – Teki Santuy Eps 102 Tanaman Obat Paling Populer di Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *