Sebelum Beli Rumah, Pahami Tentang PM2.5 dan Dampaknya

Sebelum Beli Rumah, Pahami Tentang PM2.5 dan Dampaknya

Jakarta: Mendapatkan lingkungan rumah yang sehat merupakan impian setiap pembeli rumah. Konsep rumah sehat memungkinkan penghuninya untuk mengembangkan dan membina fisik, mental, dan kehidupan sosial yang baik, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. 
 
Lain halnya dengan rumah yang tidak sehat. Perlu diketahui bahwa rumah yang masuk dalam kategori tidak sehat memiliki beberapa indikator antara lain kualitas udara tidak sehat, kebersihan lingkungan tidak baik, pencahayaan dan ventilasi tidak memadai, tidak  terdapat resapan air, serta kurangnya supply kualitas udara bersih di area hunian. 
 
Oleh karena itu, penting bagi calon pembeli rumah agar wajib mengetahui apakah keadaan sekitar lingkungan rumah mereka sudah sehat atau belum. Hal ini bisa dilakukan dengan mengetahui kualitas udara yang memiliki PM2.5 rendah.

Apa sebenarnya apa itu PM2.5?

PM2.5 merupakan sebuah partikel berukuran






Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Diketahui bahwa PM2.5 ini memiliki ukuran yang sangat kecil, bahkan hanya sebesar pasir dan tidak bisa disaring oleh tubuh manusia. Salah satu dampak PM2.5 juga dapat menurunkan kecerdasan serta menurunkan fungsi kognitif pada anak kecil. 
 
“Menurut data studi yang dilakukan oleh Air Quality Life Index bekerjasama dengan University of Chicago, PM2.5 dapat menurunkan angka harapan hidup. Di daerah tertentu seperti Jabodetabek, pengurangan angka harapan hidup ini bahkan bisa mencapai 5-7 tahun,” jelas CEO and Co-Founder Nafas Indonesia Nathan Roestandy.
 

Selain itu, polusi PM2.5 Di daerah perumahaan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli rumah. Dapat diestimasikan kualitas udara di dalam ruangan memiliki besar kemiripan 95 persen dengan polusi PM2.5 di area di luar ruangan. Dengan begitu, kualitas polusi PM2.5 di dalam rumah tidak berbeda jauh dengan yang ada di luar rumah. 
 
“Dampak memiliki lingkungan area rumah yang memiliki PM2.5 tinggi di antaranya dapat menyebabkan asma, risiko mengembangkan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), fungsi paru-paru berkurang, gangguan perkembangan saraf hingga risiko penyakit lebih tinggi saat dewasa,” ungkap Nathan.
 
Lebih lanjut, menurut data yang dirilis oleh Nafas pada Juni 2022, polusi PM2.5 tidak dapat ditanggulangi hanya dengan memperbanyak penanaman pohon dan penciptaan area hijau. Data ini juga menunjukkan bahwa polusi PM2.5 dapat dipengaruhi oleh curah hujan dan angin. 
 
Secara rata-rata, polusi PM2.5 ditaksir lebih tinggi di pagi hari dan sifatnya cukup fluktuatif. Selain itu, kadar polusi PM2.5 tidak akan mengalami penurunan hanya dengan pengurangan mobilitas kendaraan bermotor saja. 
 
Memilih hunian dengan tingkat PM2.5 yang rendah sangatlah penting untuk menjaga kesehatan tubuh penghuni rumah, sehingga dapat tercipta Triangle Love Situation yaitu terciptanya hunian sehat, udara jernih, dan gaya hidup yang sehat pula.  
 
Hunian sehat juga memiliki beberapa indikator antara lain ceiling tinggi, jendela besar dan ventilasi yang baik, supply kualitas udara bersih yang memadai, lingkungan area bersih dan tata ruang yang baik di dalam rumah sesuai fungsinya.
 
Pada Juli 2022, Pinhome resmi bekerjasama dengan Nafas, perusahaan rintisan berbasis teknologi yang memfokuskan diri dalam manajemen kualitas udara. Kolaborasi ini semakin memperkuat eksistensi Pinhome dan Nafas dalam menyediakan hunian dengan kadar polusi udara yang terukur. 

 

(KIE)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *