Saran La Nyalla Usai Tragedi Kanjuruhan Arema FC vs Persebaya yang Telan Ratusan Orang Mninggal

Saran La Nyalla Usai Tragedi Kanjuruhan Arema FC vs Persebaya yang Telan Ratusan Orang Mninggal

 

SURYA.co.id | SURABAYA – Tragedi Kanjuruan usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 2022-2023 yang merenggut nyawa 130 orang meninggal mengundang krihatinan dan kesedihan La Nyalla Mahmud Mattalitti. Ketua DPD RI itu menyesalkan pola penanganan kepolisian terhadap suporter.

Menurut La Nyalla Mattalitti, memprtanykaan pola pengamanan terhadap suporter yang menayksikan Arema FC vs Persebaya yang turun ke Stadion Kanjuruhan direspons dengan tembakan gas air mata. Akibatnya gas air mata sampai ke tribun stadion.

Akibat kepanikan massa suporter dari gas air mata, suporter Arema FC berdesakan yang ingin keluar dari tribun menjadi korban sedikitnya 130 orang meninggal.

“Larangan penggunaan gas air mata itu telah diatur FIFA dan tertuang pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan. Jelas ditulis; Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa,” sebut La Nyalla dalam keterangan tertulis yang diterima Surya.co.id.

Mantan Ketua Umum PSSI itu juga menilai hal itu membuktikan lemahnya koordinasi. Padahal sebelum match, pasti ada rakor pengamanan antara Panpel dengan Kepolisian.

“Entah apa alasan yang membuat polisi menembakkan gas air mata ke tribun, sehingga membuat kepanikan massal,” tandas La Nyalla yang sedang kunjungan kerja di Jawa Timur, Minggu (2/10/2022).

Mantan Ketua Badan Timnas PSSI menuturkan, strategi evakuasi yang utama adalah mengamankan pemain, dan itu sudah dilakukan.

“Selanjutnya tinggal mencegah penonton melakukan perusakan. Sambil semua pintu keluar dan jalur evakuasi dibuka untuk pengosongan stadion,” katanya.

La Nyalla menambahkan, pengosongan tribun dengan menembakkan gas air mata, jelas menyalahi aturan FIFA.

La Nyalla yang turut berdukacita atas peristiwa tersebut, meminta semua stakeholder sepakbola nasional melakukan evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang.

“Kerusuhan sepakbola memang pernah terjadi. Tapi kejadian di Kanjuruhan ini sangat luar biasa, karena jumlah korban sangat besar. Sebuah catatan kelam bagi persepakbolaan nasional, bahkan dunia. Saya prihatin dan menyesalkan kenapa hal itu harus terjadi,” ujarnya.

Sebelumnya, Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, mengatakan kerusuhan pecah usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Peristiwa ini dikabarkan membuat 130 orang meninggal dunia, di antaranya 2 anggota polisi. Diketahui 34 orang meninggal di stadion dan lainnya meninggal rumah sakit.

 


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *