tribunwarta.com – Pertarungan bisnis pada abad ini bukanlah pertarungan antar produk, tetapi antar bisnis model. Itulah yang disampaikan oleh Prof Rhenald Kasali.
Prof Rhenald kemudian melanjutkan cara mengisi bisnis model kanvas yang dimulai dari sisi sebelah kanan yaitu customer segments (segmentasi pelanggan). Caranya adalah dengan mempelajari konsumen kita.
“Adakah segmen yang belum bisa menikmati produk? Kita pelajari segmen yang belum terlayani,” tutur Prof Rhenald Kasali.
Kemudian, value proposition-nya bagaimana? Apa yang ingin ditawarkan kepada konsumen? Apakah kenyamanan, kemudahan, harga murah dan lain sebagainya.
Setelah itu, di antara segmen dan value yang ditawarkan, kita juga harus memikirkan channels-nya, seperti media online. Barulah membangun hubungan dengan pelanggan (customer relationship) agar pelanggan setia dengan produk atau jasa yang ditawarkan, Anda harus menjaga kualitas.
Jika hal-hal di atas sudah tersusun dengan rapi, kita membutuhkan bantuan, mulai dari komunitas, key resources (sumber prasarana utama) dan key activities (aktivitas kunci).
Lalu, kita juga harus membuat cost structure (struktur biaya) sehingga biaya bisa lebih efisien, bahkan dapat memberikan harga yang lebih murah kepada konsumen.
Fenomena ini dinamakan disrupsi karena dapat mengganggu bahkan menggerogoti bisnis lain. Sehingga, bisnis model merupakan alat untuk menyaingi bisnis lain.
“Siapa yang bisa membuat bisnis model lebih kreatif, masuk ke dunia online dan membuat produk yang disukai publik, mereka akan menguasai pasar,” tandas Prof Rhenald.