Sutiaji mengatakan panjatan doa ini menjadi momentum untuk meningkatkan rasa nasionalisme sebagai tameng untuk menghadapi berbagai ancaman nyata di era digital.
“Kegiatan kita ini rutinitas. Kalau kita menjadi warga negara yang beragama, ada dua pendekatan ya untuk mengisi kemerdekaan. Tentu dengan upaya bagaimana program-program pemerintahan bisa dilaksanakan, di sisi lain juga kita meminta dan munajat kepada Tuhan Yang Maha kuasa setiap malam 17 Agustus,” kata Sutiaji, Selasa, 16 Agustus 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Maka di sini semua semua agama diajak sesuai dengan agama dan keyakinan. Tanggal 16 Agustus ini kita panjatan doa, mudah-mudahan, harapannya Indonesia semakin jaya, semakin kuat, persatuan dan kesatuan hasilnya bisa dinikmati oleh banyak orang,” lanjut dia.
Sutiaji menyebut panjatan doa ini menjadi momentum untuk kembali merenungkan makna kemerdekaan. Sekaligus menguatkan nasionalisme, persatuan, dan kesatuan. Terlebih, setelah hantaman pandemi covid-19, tantangan bangsa semakin nyata dengan terjadinya disrupsi berupa digitalisasi.
Baca: HUT 77 RI, Jadwal KA Bandara YIA Ditambah
“Salah satu di antaranya untuk meningkatkan nasionalisme. Bagaimana nasionalisme bangsa kita yang ancaman ke depan itu semakin di depan mata kita dengan rra digitalisasi,” ucap Sutiaji.
Dengan nasionalisme yang tinggi, harapannya dapat menjadi benteng untuk menghadapi berbagai ancaman disrupsi tersebut. “Sehingga, adanya akulturasi dan asimilasi budaya yang begitu gencar itu, tidak mengurangi identitas diri dan kebangsaan kita sebagai warga negara Indonesia,” imbuhnya.
Pada momentum panjatan doa ini, Sutiaji mengajak masyarakat untuk bersama-sama berdoa dan saling menguatkan rasa nasionalisme demi terwujudnya persatuan dan kesatuan di Indonesia.
“Tundukkan hati kita, mohon pada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar Indonesia tetap jaya, maka siapapun yang berniat memecah belah persatuan kesatuan kita, akan diingatkan oleh Tuhan,” ucapnya.
(NUR)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.