Para Pemimpin Keuangan Global Minta Tiongkok Bantu Keringanan Utang

Para Pemimpin Keuangan Global Minta Tiongkok Bantu Keringanan Utang

Washington: Negara-negara Barat meningkatkan kritik mereka terhadap Tiongkok, kreditur bilateral terbesar di dunia, sebagai hambatan utama. Guna menekan risiko maka diperlukan perjanjian restrukturisasi lantaran semakin banyak negara yang tidak dapat membayar utang mereka.
 
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan inflasi yang tinggi, pengetatan kebijakan moneter, tekanan mata uang, dan arus keluar modal meningkatkan beban utang di banyak negara berkembang, dan lebih banyak kemajuan sangat dibutuhkan.
 
Dia membahas masalah itu selama makan malam dengan Menteri Keuangan Afrika dan di banyak sesi lainnya. Negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G7) juga bertemu dengan Menteri Keuangan Afrika, yang khawatir bahwa fokus pada perang di Ukraina menguras sumber daya dan perhatian dari keprihatinan mendesak mereka.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Semua orang setuju Rusia harus menghentikan perangnya terhadap Ukraina, dan itu akan mengatasi masalah paling signifikan yang dihadapi Afrika,” kata Yellen, di Washington, dilansir dari The Business Times, Minggu, 23 Oktober 2022.

Namun, dia mengatakan, proses restrukturisasi utang yang lebih efektif juga diperlukan, dan Tiongkok memiliki peran besar untuk dimainkan. “Sungguh, hambatan untuk membuat kemajuan yang lebih besar adalah salah satu negara kreditur penting, yaitu Tiongkok,” kata Yellen.
 
“Jadi ada banyak diskusi tentang apa yang bisa kita lakukan untuk membawa Tiongkok ke meja perundingan dan untuk mendorong solusi yang lebih efektif,” tambahnya.
 
Karena Tiongkok adalah bagian yang hilang dalam teka-teki dari sejumlah pembicaraan utang yang sedang berlangsung di pasar berkembang, Kelompok 20 meluncurkan pada 2020 Kerangka Bersama untuk membawa kreditur seperti Tiongkok dan India ke meja negosiasi bersama dengan IMF, Paris Club, dan kreditur swasta.
 
Zambia, Chad, dan Ethiopia telah mengajukan restrukturisasi di bawah mekanisme baru yang belum diuji ini. Sri Lanka akan memulai pembicaraan dengan kreditur bilateral termasuk Tiongkok setelah kesepakatan tingkat staf senilai USD2,9 miliar dengan IMF di bawah platform serupa.
 
Menteri Keuangan Spanyol Nadia Calvino, yang memimpin Komite Pengarah IMF, mengatakan ada kekhawatiran yang meningkat tentang Tiongkok yang tidak berpartisipasi penuh dalam upaya pengurangan utang. Ia mencatat Tiongkok belum mengirim pejabat untuk berpartisipasi secara langsung di pertemuan IMF dan Bank Dunia.
 
“Tiongkok adalah mitra yang diperlukan. Sangat penting bahwa kita memiliki mereka di ruangan dan dalam diskusi ketika datang ke keringanan utang,” pungkas Calvino.
 

(ABD)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *