Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, menekankan pentingnya memastikan kesiapan negara-negara ASEAN untuk menghadapi tantangan kesehatan di masa depan. Hal tersebut disampaikan Retno dalam press briefing daring usai menghadiri Pertemuan Pleno 55th ASEAN Foreign Ministers’ Meeting (AMM) di Phnom Penh, Rabu (3/8).
“Kita melihat bahwa tantangan kesehatan tetap akan ada ke depan. Oleh karena itu, sangat penting artinya bagi ASEAN memastikan kesiapan untuk mengatasi tantangan jesehatan, baik saat ini maupun masa mendatang,” kata Retno dalam keterangan yang dikutip Kamis (4/8).
Retno menjelaskan, ada sejumlah upaya yang dilakukan dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan. Salah satunya yakni dengan mempercepat operasionalisasi dan menjamin ketersediaan dana untuk ASEAN Centre for Public Health Emergency and Emerging Diseases (ACPHEED).
APCHEED sendiri memiliki tiga pilar terkait kesehatan, yakni pencegahan, deteksi, dan respons.
“ACPHEED memiliki centers di tiga negara, yaitu Indonesia, Thailand dan Vietnam. Saat ini, sedang dibahas modalitas pembentukan ACPHEED di ketiga negara,” ujarnya.
Selain isu kesehatan, Retno juga menyampaikan sejumlah isu global lain dalam pertemuan plenary tersebut. Isu kedua yang dibahas terkait dengan kerja sama di bidang ketahanan pangan.
Retno menilai, kebutuhan penguatan mekanisme kawasan diperlukan untuk memperkuat ketahanan pangan. Untuk itu, imbuh Retno, hal ini penting untuk dilakukan, khususnya oleh negara-negara ASEAN Plus Three/APT (RRT, Jepang, Korea Selatan).
“Dalam kaitan ini, Indonesia telah menyampaikan concept notes mengenai pentingnya memperkuat APTERR, yang mengusulkan peningkatan jumlah earmarked stok beras dari negara ASEAN Plus Three, serta penambahan jenis komoditas pangan dalam APTERR,” ucapnya.
Kemudian, Retno juga menekankan pentingnya memperkuat kapasitas dan efektivitas institusi ASEAN. Hal ini bertujuan agar negara-negara ASEAN mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada saat ini maupun di masa mendatang.
Dalam hal ini, kata Retno, Indonesia melihat kerja High Level Task Force (HLTF) on ASEAN Community Post-2025 Vision memiliki arti sangat kritikal. Adapun hasil kerja HLTF sendiri akan dilaporkan dalam KTT ASEAN pada November mendatang.
Selain itu, Retno juga membawa isu terkait perempuan dalam pertemuan tersebut. Ia mendorong pentingnya mengarusutamakan isu perempuan, perdamaian, dan keamanan dalam agenda kerja ASEAN.
“Kita menyampaikan bahwa sejak 2020, kawasan Asia Tenggara telah memiliki Southeast Asian Network on Women Peace Negotiators and Mediators (SEANWPNM). Ini adalah inisiatif dari Indonesia,” tuturnya. Retno.
Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.