tribunwarta.com – JAKARTA – Selain Soetjipto Nagaria yang berminat menjadi salah satu investor di proyek Ibu Kota Negara (IKN) adalah Risjadson Group.
Risjadson Brunsfield Nusantara (Konsorsium Nusantara) disebutkan turut berinvestasi dalam proyek IKN, dengan nilai keseluruhan investasi mencapai Rp41 miliar.
Perusahaan ini, merupakan milik anak-anak dari pengusaha properti sukses di Indonesia, Ibrahim Risjad.
Ibrahim Risjad sendiri telah meninggal dunia tahun 2012 silam di Aceh dan mewariskan kerajaan bisnisnya tersebut pada keturunannya.
Dalam dunia konglomerat Indonesia, sepak terjang Ibrahim Risjad tidak perlu diragukan lagi. Bahkan, dia masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes dengan bisnis yang menggurita di berbagai sektor.
Pria kelahiran 2 Maret 1934, di Delima, Pidie, Aceh ini diyakini punya garis keturunan raja-raja Aceh yaitu Tgk Chik Di Reubee. Meski demikian, sebagai sosok yang pekerja keras, menjadikan dia tidak ingin berpangku tangan. Bahkan, awal karier Ibrahim justru adalah sebagai penjahit di kota Aceh Timur.
Lantas, seperti apa kisah perjalanan hidupnya? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Kehidupan Awal Ibrahim Risjad
Menurut beberapa sumber, Ibrahim Risjad terjun di dunia kerja pada usia yang cukup muda. Bahkan, dia pun tidak mengenyam sekolah bisnis, di mana pendidikan Risjad sendiri hanya selesai di bangku SMA.
Sebelum sukses, Ibrahim Risjad mengawali kariernya sebagai seorang penjahit keliling. Namun berkat, keuletannya membuat dia menarik banyak pelanggan.
Walaupun hidup di kota kecil, tapi itu tidak membuat Ibrahim menyesali nasib hidupnya. Berkat sikap yang baik dan motivasi untuk bisa mengubah nasib, menjadikan pada tahun 1954 dia mulai mencari peruntungan baru dengan melanjutkan karier sebagai pegawai swasta magang di sebuah perusahaan.
Perjalanan Karier Ibrahim Risjad
Pertemuannya dengan Sudono Salim, yang awalnya hanya merupakan pemilik CV Waringin akhirnya membuat nasibnya sedikit demi sedikit berubah ke arah yang lebih baik.
Berkat sifat loyal dan mampu bekerja sama dengan atasan, menjadikan perjalanan karier Ibrahim cukup progresif.
Bermula dari Ibrahim Risjad yang mengikuti Sudono Salim, hingga akhirnya dia dipercaya mereka untuk bekerja sama sebagai partner. Padahal awalnya, Risjad adalah karyawannya Sudono. Alhasil, dia diangkat jadi direktur.
Pilihannya buat bekerja sama dengan Sudono Salim bisa dibilang salah satu titik balik yang membuat Risjad sukses. Bersama dengan Sudwikatmono dan atasannya Sudono Salim, mereka kemudian mendirikan perseroan terbatas. Perusahaan mereka diberi nama PT Waringin Kencana.
Seiring dengan pertumbuhan bisnis yang baik di bidang ekspor impor komoditi hasil bumi, Risjad memutuskan untuk melakukan ekspansi ke bidang lain.
Seakan tidak mau menyia-nyiakan jejaring yang dirinya peroleh semenjak menjadi direktur, dia pun masih terus berpartner dengan tambahan anggota baru bernama Djuhar Susanto, dari sinilah keempat pebisnis tersebut sering diberi julukan sebagai “The Gang of Four”.
Para pebisnis andal tersebut pun berhasil mendirikan PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk, pada 4 Agustus 1975. Berkat kerja keras dan tekad yang besar dalam membangun sebuah pabrik semen dengan kapasitas 500.000 ton per tahun. Alhasil, bisnisnya ini berkembang dengan pesat.
Hal tersebut pun kian mendorong empat sekawan ini untuk melakukan diversifikasi bisnis, yaitu dengan mendirikan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, di mana bisnis ini berfokus dalam melayani kebutuhan pokok masyarakat.
Mendidik Sang Anak Jadi Pebisnis
Kemudian, dengan melihat peluang yang kian terbuka, pada tahun 1988 Ibrahim Risjad menjadi inisiator pendiri PT Bank Risjad Salim International (Bank RSI), di mana ini menjadi cikal bakal Risjadson Group yang menjadi bagian dari kepemilikan tunggal Risjad.
Meski, Ibrahim tidak punya latar belakang sekolah bisnis, namun dengan pengalamannya membuat dia punya insting bisnis yang sangat tajam. Tak heran, jika Ibrahim tertarik untuk melatih Amirsjah bersama saudaranya Rizal untuk turut bantu mengembangkan kerajaan bisnis keluarga di bawah Risjadson Group agar bisa bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Melansir dari Tatler Asia, kini grup tersebut memiliki 60 anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor mulai dari keuangan (perbankan, sekuritas), properti, industri aluminium, agribisnis (perkebunan kelapa sawit dan karet), industri kemasan film, dan industri kain ban. Grup ini juga turut mengembangkan bisnis di pembangkit listrik, industri petrokimia dan industri pulp dan kertas.
Tidak diketahui pasti berapa harta kekayaan keluarga dari Ibrahim Risjad, namun hasil didikan Ibrahim memperlihatkan bahwa usahanya berhasil menjadikan Amirsjah memimpin perusahaan dengan berbagai anak perusahaannya.
Terbukti, selain menduduki kursi eksekutif di Kerajaan Risjad, Amirsjah juga telah mampu memegang jabatan tinggi di beberapa perusahaan yang memiliki saham di perkebunan besar, keuangan, dan energi.