Pada Selasa, 2 Agustus 2022, Nancy Pelosi dan rombongannya tiba di Taipei, Taiwan. Kedatangan itu membuat Tiongkok marah, karena selama ini Tiongkok mengeklaim Taiwan adalah bagian dari wilayahnya. Kedatangan Pelosi dinilai sebagai bentuk penentangan terhadap kebijakan “Satu Tiongkok”. Ia menjadi pejabat tinggi AS yang datang ke Taiwan dalam 25 tahun terakhir.
Kedatangan Pelosi ke Taiwan memicu amarah dan protes dari Tiongkok, karena sebelumnya Tiongkok sudah memperingatkan Pelosi untuk tidak mengunjungi Taiwan. Sebagai bentuk protes, Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok merilis melakukan latihan militer besar di perairan sekitar Taiwan pada 4 Agustus hingga 7 Agustus. Latihan tersebut mencakup 6 wilayah laut , termasuk melakukan tembakan jarak jauh.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kemudian, Pemerintah Tiongkok mengumumkan pada Minggu, 7 Agustus 2022, jadwal latihan militer terbaru yang akan menggunakan amunisi sungguhan (live-fire) di Laut Kuning dan Laut Bohai.
Menurut keterangan Kementerian Pertahanan Taiwan, Tiongkok telah mengerahkan pesawat militer dalam jumlah terbesar sepanjang tahun ini di Selat Taiwan pada Jumat, 5 Agustus 2022. Kemenhan Taiwan juga menyebut pengerahan pesawat dan kapal perang itu sebagai sebuah “simulasi invasi.”
Militer Taiwan pun tidak tinggal diam, mereka mulai latihan altileri dengan menyimulasikan pertahanan melawan invasi Tiongkok. Walau enggan menegaskan bahwa latihan tersebut untuk menanggapi unjuk kekuatan militer Tiongkok.
Menteri Luar Negeri Taiwan sebelumnya pada Selasa, 9 Agustus 2022 mengatakan pada bahwa Tiongkok menggunakan latihan udara dan laut di sekitar Taiwan pekan lalu untuk mempersiapkan invasi dan untuk mengubah status quo di kawasan Asia-Pasifik.
Serangkaian latihan militer ini tentu menimbulkan kekhawatiran akan invasi lanjutan dari negara besar lainnya. Seperti diketahui, Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada bulan Februari belum menunjukkan tanda akan berakhir. Bahkan memicu krisis di berbagai belahan dunia,terutama krisis pangan dan energi.
Invasi adalah hal yang ditakutkan semua pihak, krisis akibat invasi Rusia ke Ukraina sudah dirasakan berbagai negara, bahkan beberapa negara sudah berada di jurang resesi. Apalagi Tiongkok saat ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Seperti dilaporkan media asing, Partai Komunis Tiongkok 2022 sangat berbeda dengan organisasi yang dipimpin Mao Zedong ketika Republik Rakyat Tiongkok lahir. Tetapi pada beberapa masalah inti, itu tetap sangat konsisten. Salah satunya adalah Taiwan. Sejak tahun 1949, ketika pasukan nasionalis yang melarikan diri dari perang saudara Tiongkok mendirikan pemerintahan di pulau itu, para pemimpin Tiongkok berpegang teguh pada tujuan mewujudkan “penyatuan kembali tanah air sepenuhnya.”
Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok saat ini memiliki pasukan darat sekitar 1,04 juta tentara, lebih dari 400.000 di antaranya ditempatkan di daerah Selat Taiwan, dibandingkan dengan 88.000 pasukan darat tugas aktif Taiwan.Bila invasi terjadi kemungkinan akan besar dan berdarah.
Pada dasarnya, banyak pihak yang tidak setuju akan keputusan Pelosi ini, termasuk Indonesia, yang mengakui prinsip “Satu Tiongkok”, karena dinilai hanya menambah ketegangan pada hubungan Amerika dan Tiongkok, serta Taiwan. Tiongkok juga menyebut langkah Pelosi ini sebagai “provokasi politik”, yang bertujuan untuk menghasut dan mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok.
Tiongkok mungkin telah selangkah lebih dekat untuk mengklaim Taiwan, namun untungnya, sebagian besar dari para ahli tidak percaya perang akan segera terjadi, karena Presiden Tiongkok Xi Jinping akan sangat menyadari risiko dari tindakan ini.
Laman Foreign Policy menuturkan, invasi ke Taiwan akan menghancurkan klaim Tiongkok bahwa itu adalah kekuatan damai—dan dengan mereka, hubungan Beijing dengan Tokyo, yang memiliki ikatan kuat dengan Taipei.
Invasi tentu mempengaruhi ekonomi, yang bisa diikuti oleh resesi ekonomi di dalam negeri Tiongkok sendiri. Ekonomi Tiongkok Selatan terjerat dengan pemasok dan modal Taiwan, yang akan hancur oleh invasi, karena letak geografis Tiongkok Selatan yang sangat dekat dengan Taiwan. Selain itu, resiko politik seperti protes masal dan kemarahan publik.
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.