Kok Bisa Stunting Berdampak pada Kualitas Pendidikan? Ini Penjelasannya

Kok Bisa Stunting Berdampak pada Kualitas Pendidikan? Ini Penjelasannya

Jakarta:  Kondisi stunting tidak hanya sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan, namun juga pendidikan di Tanah Air.  Salah satunya karena dampak dari stunting adalah dapat menurunkan kemampuan intelektual seseorang.

Hal tersebut, kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo akan menjadi masalah besar, terutama ketika Indonesia tengah menikmati manisnya potensi bonus demografi, namun di sisi lain prevalensi stunting masih di angka 24,4 persen.

Untuk itu, BKKBN terus memperkuat kemitraan dengan pihak swasta dalam upaya percepatan penurunan stunting nasional melalui implementasi program gizi terintegrasi.  Kali ini BKKBN bersama organisasi filantropi dan sejumlah perusahaan swasta membuat Nota Kesepahaman Bersama (MoU) untuk ikut membantu BKKBN menekan prevalensi stunting yang ditargetkan turun 14 persen pada 2024.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

MoU tersebut ditandatangani oleh Mission Director USAID, Jeffery P. Cohen, Head of ECED Tanoto Foundation, Eddy Henry, Kepala Departemen Dampak Sosial PT Amman Mineral Nusa Tenggara Priyo Prasetyo Pramono, Direktur Yayasan Bakti Barito, Dian Anis Purbasari dan Executive Vice President PT Bank Central Asia,Tbk. Hera F. Haryn. Penandatangan MoU tersebut disaksikan langsung oleh Kepala BKKBN Dr. (H.C). dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG. (K) di Auditorium BKKBN, Jumat (23/09).

Hasto mengatakan, masalah kesehatan erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dalam hal ini indikator terdekatnya adalah stunting. Hal tersebut juga kerap disampaikan Presiden Joko Widodo dalam setiap kesempatan, bahwa seluruh pihak harus bekerja sama untuk menciptakan generasi unggul untuk Indonesia maju.

“Kemudian seluruh pemerintah bergerak untuk meningkatkan human development index yang di dalamnya unsur kesehatan, unsur pendidikan, dan pendapatan per kapita. Kemudian akhir-akhir ini indikator baru human capital index juga menjadi perhatian serius, karena baik di dalam human development index maupun human capital index maka unsur kualitas SDM menjadi focus of interest kita semua,” kata Hasto dalam siaran pers, Rabu, 28 September 2022.

Oleh karena itu, Hasto mengucapkan terima kasih kepada pihak swasta yang telah membantu BKKBN dalam upaya meningkatkan kualitas SDM dari hulu hingga hilir di antaranya intervensi prevalensi stunting dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan kepada anak-anak Indonesia. 

Mengambil contoh dari USAID dan Tanoto Foundation, Hasto mengajak berbagai pihak lainnya untuk turut pula bergabung dan berkolaborasi untuk bersama-sama membantu program percepatan penurunan stunting.

Sementara itu, Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981 itu, terus berkomitmen untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam program percepatan penurunan stunting melalui kerja sama ini.

“Tanoto Foundation meyakini bahwa kemitraan merupakan faktor kunci dalam program percepatan penurunan stunting di Indonesia. Tidak hanya pemerintah, keterlibatan pelaku usaha, media, akademisi, dan masyarakat menjadi penting,” ujar Head of ECED Tanoto Foundation, Eddy Henry.

Tanoto Foundation  turut memprakarsai kerja sama antara USAID dengan mitra donor nasional untuk turut berperan serta mendukung BKKBN dalam upaya percepatan penurunan angka stunting di Indonesia. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperluas dan mengakselerasi dampak, serta menjadi inspirasi dan penyemangat bagi pihak lainnya untuk ikut bergabung dan bersama-sama menciptakan generasi Indonesia bebas stunting.

Senada dengan Eddy, Mission Director USAID, Jeffery P. Cohen menyambut baik bergabungnya para mitra BKKBN dalam percepatan penurunan stunting. Menurutnya, program stunting tidak akan bisa berjalan jika hanya dilakukan oleh satu pihak saja. 

“Saya berharap dapat memperluas kemitraan. Saya tidak sabar Indonesia menuju kemandirian. Kami menghormati mitra sektor swasta tidak hanya bisnis tapi perubahan sosial bagi masyarakat,” ujar Jeffery.

Executive Vice President Secretariat and Corporate Communication PT Bank Central Asia,Tbk. Hera F. Haryn menambahkan, pihaknya optimistis, upaya pengentasan stunting dan gizi buruk membutuhkan peran serta dari berbagai pihak. BCA juga mendukung salah satu program BKKBN yaitu memberikan layanan subsidi kepada lebih dari 21.000 pasien KB di dua Klinik Binaan BCA yaitu Praktik Dokter Duri Utara dan Klinik Bakti Medika yang berjalan sejak 2012 hingga saat ini. 

Direktur Yayasan Bakti Barito Dian Anis Purbasari menambahkan, kolaborasi bersama mitra dari sektor swasta dengan USAID dan BKKBN ini akan menghasilkan solusi nyata yang dapat diimplementasikan dan memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan nutrisi yang diperlukan sedini mungkin.  Selain itu juga tumbuh di dalam lingkungan keluarga yang baik dan suportif adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan berkelanjutan.

Kepala Departemen Dampak Sosial PT Amman Mineral Nusa Tenggara Priyo Prasetyo Pramono mengatakan, pihaknya turut mendukung upaya mengatasi stunting untuk membangun masa depan Indonesia dengan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, dan berdaya saing. 

Tidak hanya soal stunting, MoU antara USAID dan Tanoto Foundation, AMMAN, Yayasan Bakti Barito, dan BCA ini juga berkontribusi pada tujuan Strategi Kerja Sama Pembangunan Negara AS – Indonesia 2020-2025, dan Strategi Multi Sektoral USAID untuk Gizi dan Pencegahan Kematian Ibu dan Anak 2014-2025. 

(CEU)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *