Kisah Sukses Seduh Pertama, Bisnis Teh Artisan yang Mekar Saat Pandemi

Kisah Sukses Seduh Pertama, Bisnis Teh Artisan yang Mekar Saat Pandemi

tribunwarta.com – Menjalani bisnis tidak melulu soal mengikuti tren dan memenuhi kemauan pasar. Hal ini dibuktikan oleh Alvi Faidaturrowsyida dengan bisnis teh artisan yang ia rintis bernama Seduh Pertama .

Bisnis ini adalah salah satu bisnis yang justru mekar ketika pandemi Covid-19. Namun demikian, produk teh ini mampu bersaing di tengah gempuran bisnis kopi dan boba.

Tak ingin ikut arus, Alvi justru memberikan dobrakan dengan merintis bisnis teh artisan ini.

Semula, ia ingin Seduh Pertama mampu menawarkan inovasi baru dan pangalaman baru dalam minuman teh.

Seduh Pertama telah Alvi rintis sejak tahun 2020. Bisnis ini menjual beragam produk artisan tea yang dikombinasikan dengan bahan lain untuk menambahkan nilai kesehatan.

“Saat pandemi Covid-19 tahun 2020, orang butuh imun booster. Saya berpikir tentang minuman melawan virus. Teh cocok dijadikan minuman yang bisa meningkatkan kesehatan, karena tinggi antioksidan dan menangkal radikal bebas. Dari sana kami produksi artisan tea,” ujar dia kepada media, Jumat (2/12/2022).

Selain itu, saat adanya pembatasan pergerakan masyarakat, banyak orang mulai punya kebiasaan untuk kirim bingkisan. Dari kebiasaan ini, Seduh Pertama mulai menyediakan kemasan sebagai sebuah hampers atau hantaran.

Dengan menangkap potensi ini, Seduh Pertama kian kebanjiran pesanan. Beragam jenis bingkisan telah ia siapkan.

Misalnya menjelang libur Natal dan Tahun Baru, Seduh Pertama telah menyiapkan racikan teh dengan tambahan bunga rosela yang berwarna merah dan papermint yang berwarna hijau.

“Jadi hantaran kami juga mengikuti warna yang sering muncul waktu Natal dan Tahun Baru, biasanya pembeli juga mencari yang seperti itu,” jelas dia.

Tak hanya itu, Alvi juga memiliki paket hantaran untuk momen-momen tertentu, misalnya hantaran untuk orang yang sakit, ibu setelah melahirkan, atau kerabat yang menderita insomnia.

Alvi menceritakan, bahan dasar dari Seduh Pertama merupakan teh yang diambil dari perkebunan teh lokal yang ada di Pulau Jawa dan beberapa wilayah lain di Indonesia.

Sedangkan, bahan tambahan untuk meracik teh artisan ini juga ada yang didatangkan dari luar negeri.

Berawal dari produksi yang saat itu dikerjakan di rumah oleh Alvi dan suami hingga berkembang dan memiliki warehouse sendiri. Dengan binis ini, dia juga mampu membuka lapangan kerja untuk masyarakat di sekitarnya.

Seduh Pertama terus memperkenalkan produk-produk Teh yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti flower tea atau herbs misalnya cengkeh, dan kayu manis. Produk ini kerap dikenal sebagai artisan tea.

“Orang yang semula gemar minum kopi dah boba mulai shifting ke minuman yang lebih sehat. Dari yang semula manis-manis mulai mengubah lifestyle,” imbuh dia.

Alvi menyebut, teh juga sudah bekembang jadi produk yang digemari masyrakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pesanan yang diterima oleh Seduh Pertama.

Ia menceritakan, saat ini ada beberapa produk yang sangat digemari masyarakat di Seduh Pertama. Tiga produk tersebut adalah teh dengan chamomile yang dipercaya dapat meredakan stress, lavender, dan kayu manis.

“Ada juga flower tea yang ketika dicelupkan untuk diseduh, ia akan mekar di dalam air, itu juga banyak dicari, memberikan pengalaman baru saat minum teh,” ungkap dia.

Tahun depan, Seduh Pertama berencana untuk memiliki popup market dan cafe sendiri. Hal ini untuk memberikan jawaban kepada masyarakat ingin memiliki pengalaman menyeduh teh yang berbeda.

“Kami juga akan coba untuk bisa ekspor, kami sedang cari celahnya agar ongkirnya bisa murah, tapi kualitasnya tetap terjaga,” jelas dia.

Produk Seduh Pertama dapat dinikmati mulai dari harga ribuan rupiah saja. Sementara untuk produk kemasana hantaran dapat ditebus dengan harga puluhan ribu sampai Rp 300.000.

Dilihat dari akun official di Shoppee, produk Seduh pertama misalnya chamomomile tea sudah dibeli sebanyak 7.000 kali.

Sementara produk lain juga telah laku terjual dengan variasi sekitar 3.000 sampai 10.000 kali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *