Kawasan Taman Langit Gunung Banyak ditetapkan sebagai shelter tourism

Kawasan Taman Langit Gunung Banyak ditetapkan sebagai shelter tourism

tribunwarta.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan kawasan Taman Langit Gunung Banyak, Kota Batu Malang, Jawa Timur, sebagai shelter tourism atau tempat evakuasi sementara apabila terjadi bencana alam.

“Indonesia terletak di daerah ring of fire atau daerah yang dikelilingi oleh gunung berapi, sehingga memiliki potensi bencana alam yang cukup besar,” kata Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf Indra Ni Tua dalam sambutannya di Batu, Malang, Jawa Timur, lewat keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.

Di sisi lain, lanjutnya, keberadaan gunung berapi juga menyuguhkan pemandangan alam yang indah, sehingga menjadi daya tarik wisata. Artinya, selain menyiapkan kawasan untuk dihadapkan oleh bencana, diperlukan pula persiapan untuk digunakan sebagai kegiatan kepariwisataan.

“Ketika terjadi bencana, kegiatan kepariwisataan itu menjadi ujung tombak dari penanganan darurat kebencanaan. Jadi konsep seperti ini adalah pendekatan yang akan kita bangun ke depannya,” ujarnya.

Shelter tourism adalah konsep pariwisata yang terbilang baru. Pemerintah melihat adanya potensi yang dapat dikembangkan di sektor pariwisata, sehingga suatu kawasan tidak hanya memperoleh manfaat ekonomi sebagai destinasi wisata, tapi juga dapat difungsikan sebagai tempat evakuasi sementara/akhir.

Taman Langit Gunung Banyak dipilih sebagai pilot project mitigasi bencana karena destinasi wisata ini memiliki kelembagaan yang telah memperoleh kepercayaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengelola lahan kawasan gunung banyak seluas 243 hektare.

Kelembagaan tersebut ialah LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Hijau Lestari atau yang sekarang disebut KTH (Kelompok Tani Hutan) Hijau Lestari. Mereka berkomitmen tetap menjaga aspek-aspek keberlanjutan, konservasi, maupun kelestarian alam dan nantinya akan ada KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial).

Indra menganggap dipilihnya Taman Langit Gunung Banyak mampu menarik calon-calon investor untuk berinvestasi mengembangkan shelter tourism.

Salah satu investor yang sudah berencana berinvestasi ialah Juragan99 yang akan menyediakan campervan, setidaknya 10 unit. Kemudian Bobobox juga berencana membangun bobocabin di kawasan Taman Langit Gunung Banyak.

Pengembangan shelter tourism disebut mendapatkan dukungan dari berbagai kementerian/lembaga terkait, seperti KLHK, Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dinas Provinsi Jawa Timur, serta Dinas Kota Batu hingga LMDH Hijau Lestari.

Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf Fadjar Hutomo berbagi cerita mengenai destinasi wisata yang dijadikan tempat evakuasi sementara saat terjadi bencana gempa Cianjur.

Pada Minggu, 20 November 2022 di desa wisata Sarongge, ada kurang lebih 1.200 wisatawan yang sedang berkemah. Rencananya, mereka akan berkemah hingga Rabu 23 November 2022, tetapi di hari Senin siang acara camp tersebut telah selesai.

Sebanyak 200 tenda didirikan untuk sarana akomodasi 1.200 peserta camp. Sebagian tenda merupakan aset yang dimiliki dan dikelola oleh anggota Pokdarwis setempat, sisanya dimiliki oleh vendor.

“Singkat cerita, camp ini berlangsung dengan aman, siang hari para peserta sudah pulang. Ketika peserta pulang, terjadilah gempa bumi yang meluluhlantahkan hampir seluruh kawasan Cianjur yang menyebabkan rumah warga hancur dan mereka menjadi pengungsi,” ungkap Fadjar Hutomo.

Tenda-tenda yang sudah didirikan belum dibongkar, dan secara langsung penghuninya berganti dari peserta camp menjadi pengungsi. Masyarakat memanfaatkan tenda-tenda yang ada sebagai tempat pengungsian.

Menurut dia, kejadian tersebut menunjukkan fasilitas atau sarana akomodasi pariwisata mampu menjadi infrastruktur tanggap darurat. Karena itu, penetapan kawasan Taman Langit Gunung Banyak sebagai shelter tourism merupakan perwujudan dari manajemen krisis kepariwisataan di destinasi.

“Kejadian ini menyadarkan kita bahwa kita hidup di atas bentang alam yang seperti dua sisi mata uang. Indah, sejuk, dingin, nyaman, tapi di sisi lain ada potensi kebencanaan. Bukan untuk ditakuti karena memang ini adalah berkah, tetapi untuk kita persiapkan ketika kita menghadapi hal-hal yang tidak terduga,” ucap Fadjar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *