tribunwarta.com – Kisah kepemilikan Elon Musk atas Twitter mendominasi berita utama pada tahun 2022. Musk pertama menawar USD54,20 untuk perusahaan tersebut, yang tampaknya merupakan lelucon, kemudian mengejutkan Wall Street dengan menandatangani perjanjian merger yang mengikat untuk jumlah tersebut, kemudian menarik kejutan lain ketika dia mencoba untuk mundur dari kesepakatan dan Twitter menggugat untuk memaksanya untuk menutup tawarannya.
Sejak Musk menjadikan Twitter pribadi, dan dilaporkan memberhentikan setengah stafnya, nilai raksasa media sosial itu tidak jelas. Pada satu titik, Musk bahkan memperingatkan perusahaan itu bisa bangkrut.
Melansir Fortune di Jakarta, Kamis (5/1/23) dalam bentuk pengajuan peraturan oleh Fidelity Blue Chip Growth Fund, dana dari raksasa manajemen aset ini menghargai sahamnya di Twitter sebesar USD19,66 juta (Rp306 miliar) pada akhir Oktober, kata laporan kepemilikan triwulanan.
Pada 30 November, kepemilikan itu turun menjadi USD8.626.218, kata pengarsipan lainnya. Artinya, nilai investasi Fidelity di Twitter anjlok hingga 56% sejak Oktober.
Musk awalnya mengumumkan tawarannya untuk Twitter pada April 2022, menurut pengajuan peraturan. Fidelity adalah salah satu dari 19 investor yang terdaftar mengambil bagian dalam pembelian Twitter Musk senilai USD44 miliar (Rp686 triliun), dan berkomitmen sekitar USD316 juta (Rp4,9 triliun) untuk transaksi tersebut, menurut pengajuan pada 4 Mei.
Sejak merampungkan merger, Musk telah memangkas biaya di Twitter, sebuah organisasi yang disamakannya dengan pesawat terbang yang menuju ke darat dengan kecepatan tinggi dengan mesin menyala dan kontrol tidak berfungsi.
Dalam salah satu langkah pemotongan biaya terbarunya, dia membatalkan layanan kebersihan bulan ini di kantor pusat perusahaan di San Francisco, menurut New York Times. Twitter secara terpisah digugat oleh pemiliknya, Columbia Property Trust karena tidak membayar sewa di kantor pusat yang sama, menurut Bloomberg.
Bulan lalu, Musk juga mengatakan dia akan mengundurkan diri sebagai CEO setelah jutaan pengguna Twitter memintanya untuk mundur dalam jajak pendapat tidak ilmiah yang dibuat dan dijanjikan oleh miliarder itu sendiri. Dia dikabarkan sedang mencari CEO baru.