SURYA.CO.ID, SURABAYA – Ulama Nasional, Miftah Maulana Habiburrahman atau yang lekat disapa Gus Miftah, memberikan ceramah di Surabaya.
Dalam isi ceramahnya, Gus Miftah menyebut Surabaya sebagai percontohan kerukunan masyarakat.
Menurut dia, meski Surabaya dihuni sekitar 34 suku bangsa, namun warga di Surabaya tetap rukun dan saling menghormati antar satu dan lainnya.
“Wong Indonesia (Orang Indonesia) kalau bisa akur (rukun) seperti di Surabaya ini, Insya Allah menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur,” kata Gus Miftah, Sabtu (29/10/2022).
Silaturahmi Toleransi Kebangsaan ini digelar Pemkot Surabaya. Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda Tahun 2022 yang diperingati tiap 28 Oktober.
Kegiatan ini juga dengan menampilkan 12 seni budaya dari belbagai suku, ras dan agama di Indonesia.
Dalam momen ini, juga dilaksanakan Doa Bersama Lintas Agama serta Deklarasi Persamaan Satu Negara Indonesia dari belbagai suku, ras dan agama di Kota Surabaya.
Dalam ceramah kebangsaan yang disampaikan Gus Miftah, ia mengajak masyarakat di Kota Surabaya untuk terus meneladani semangat Sumpah Pemuda. Ada lima poin yang disampaikan untuk dapat diteladani dari Sumpah Pemuda.
Pertama, Sumpah Pemuda mengajarkan untuk tidak pernah berhenti berjuang.
“Kemudian, meski ada perbedaan suku agama dan ras, semuanya satu Indonesia, kita hargai satu dan lainnya,” kata Gus Miftah dalam poin kedua.
Ketiga, Sumpah Pemuda mengajarkan masyarakat untuk tetap menjaga warisan lokal dan bangga sebagai warga Indonesia. Keempat, Sumpah Pemuda mengajarkan kepada semuanya, meski kini sudah banyak bahasa asing, namun tetaplah mencintai Bahasa Indonesia.
“Kelima adalah Sumpah Pemuda mengajarkan kepada kita, ke manapun kakimu berpijak, jangan pernah melupakan tanah airmu Indonesia,” pesan Gus Miftah.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengajak warga mengingat kembali perjuangan para Pahlawan. Apalagi, saat pertempuran 10 November 1945, seluruh suku, ras dan agama di Surabaya turut berjuang bersama-sama dalam merebut kemerdekaan.
“Maka hari ini di tanggal 28 Oktober di Hari Sumpah Pemuda, kita melaksanakan di depan Tugu Pahlawan, mengingatkan kita perjuangan Kota Surabaya yang tidak boleh kita dilupakan,” kata pria yang akrab disapa Cak Eri itu.
Cak Eri mengatakan, masyarakat Surabaya selalu menjunjung tinggi toleransi antar satu dan lainnya. Karenanya, ia meminta seluruh masyarakat untuk terus memberikan rasa aman dan nyaman bagi agama apapun yang menjalankan ibadah di Surabaya.
“Matur nuwun (terima kasih) untuk seluruh warga Kota Surabaya yang telah menjaga perdamaian, yang telah persaudaraan satu dengan yang lainnya,” terangnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya ini kembali mengajak masyarakat untuk terus mengumandangkan, bahwa Surabaya adalah kota terbuka bagi seluruh golongan dan selalu menjaga toleransi.
“Jikalau rasa ini kita wujudkan terus, saya yakin, Insya Allah Surabaya tidak ada radikalisme, Surabaya tidak ada yang namanya kekacauan. Karena semuanya terjaga oleh arek-arek Suroboyo yang cinta perdamaian,” tandasnya.
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.