Gara-gara Pengetatan, Penyaluran Kredit Baru Kuartal III Diprediksi Seret

Gara-gara Pengetatan, Penyaluran Kredit Baru Kuartal III Diprediksi Seret

Jakarta: Bank Indonesia (BI) memprakirakan penyaluran kredit pada kuartal III-2022 masih tumbuh positif, meski sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT prakiraan permintaan kredit baru kuartal III-2022 sebesar 95,7 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan 96,9 persen pada kuartal sebelumnya.
 
“Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru kuartal III-2022 adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi,” ungkap hasil Survei Perbankan yang dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, Selasa, 19 Juli 2022.
 
Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit kepemilikan rumah atau apartemen masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor. Berdasarkan sektor, penyaluran kredit baru pada kuartal III-2022 diprioritaskan pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran, sektor Industri Pengolahan, dan sektor Perantara Keuangan.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sejalan dengan prakiraan pertumbuhan kredit baru yang sedikit melambat, kebijakan penyaluran kredit pada kuartal III-2022 diprakirakan sedikit lebih ketat dibandingkan periode kuartal sebelumnya. Hal ini sebagaimana terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) kuartal III-2022 bernilai positif sebesar 1,9 persen, berbeda dengan indeks periode kuartal sebelumnya yang tercatat negatif 0,3 persen.
 
“Standar penyaluran kredit yang lebih ketat terjadi pada jenis kredit modal kerja, kredit konsumsi selain KPR (Kredit Pemilikan Rumah), dan kredit UMKM,” paparnya.
 

 
Sementara itu, aspek kebijakan penyaluran kredit yang diprakirakan lebih ketat dibandingkan kuartal sebelumnya antara lain yaitu plafon kredit, jangka waktu kredit, premi kredit berisiko, dan agunan.
 
Di sisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal III-2022 diprakirakan tumbuh positif meski tidak setinggi kuartal sebelumnya. Pertumbuhan yang melambat tersebut terindikasi dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 41,1 persen, lebih rendah dibandingkan 55,5 persen pada kuartal sebelumnya.
 
“Pertumbuhan DPK diprakirakan terjadi pada jenis instrumen giro dan tabungan, dengan SBT positif masing-masing sebesar 30,5 persen dan 51,5 persen. Sementara itu, deposito terindikasi menurun dari SBT yang bernilai negatif 21,7 persen,” tutup survei BI tersebut.
 

(HUS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *