Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan sebenarnya dolar AS berada pada pijakan yang kuat karena para pedagang bersiap untuk kenaikan suku bunga AS yang tajam dan mencari keamanan karena data menunjukkan melemahnya ekonomi global.
“Federal Reserve AS mengakhiri pertemuan dua hari pada hari Rabu dan pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bp), dengan sekitar sembilan persen peluang kenaikan 100 bp,” ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya, Senin, 25 Juli 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurutnya perlambatan telah mendorong para pedagang untuk menarik kembali ekspektasi pengetatan, khawatir ekonomi yang goyah hanya dapat menahan begitu banyak kenaikan suku bunga. Tetapi investor belum menurunkan dolar AS terlalu jauh dari tonggak tertingginya mengingat prospek global begitu suram.
Gagasan itu menemukan mata uang yang menunjukkan aktivitas bisnis di Amerika Serikat berkontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun terakhir pada bulan ini. Aktivitas di zona euro mundur untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, dan pertumbuhan di Inggris berada di titik terendah dalam 17 bulan terakhir.
“Ketegangan geopolitik juga meningkat, dengan pertumbuhan Eropa bergantung pada gas Rusia dan Financial Times melaporkan Tiongkok telah membuat peringatan keras terhadap kemungkinan perjalanan ke Taiwan oleh Ketua DPR AS Nancy Pelosi,” urainya.
Dalam dalam negeri, Ibrahim memandang kondisi Indonesia turut terpengaruh oleh berbagai tekanan dan gejolak yang ada, terutama tingginya inflasi yang memacu banyak bank sentral global menaikkan suku bunga. Namun, risiko perekonomian Indonesia berasal dari tekanan luar negeri, bukan dari dalam negeri, karena fundamental dan kinerja sejauh ini yang cukup baik.
Dilihat dari tingkat inflasi Indonesia terbilang masih rendah dari kondisi negara-negara lainnya, karena masih cukup dekat dengan harapan pemerintah, yakni di kisaran empat persen. Kondisi itu bisa terjadi diantaranya karena bauran kebijakan fiskal dan moneter, oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Indonesia pun menuai berkah dari tingginya harga komoditas, karena merupakan eksportir batu bara dan crude palm oil (CPO). Meskipun begitu, Indonesia tetap menanggung besarnya beban subsidi akibat harga minyak global yang membengkak.
Sedangkan fundamental ekonomi Indonesia ada dalam kondisi baik, sehingga mampu menjaga perekonomian tumbuh direntang lima persen. Dan Indonesia dapat melanjutkan tren positif pada tahun ini, di tengah berbagai tekanan global.
“Dengan data fundamental dalam negeri yang bagus, membuat pijakan mata uang garuda tetap menguat walaupun secara bersamaan dolar menguat juga,” papar Ibrahim.
Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif. Meski memang mata uang Garuda tersebut diprediksi ditutup masih melemah. “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.980 per USD hingga Rp15.020 per USD,” pungkasnya.
(HUS)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.