Elite Politik Diminta Tak Tutup Peluang Kandidat yang Dapat Dukungan Rakyat

Elite Politik Diminta Tak Tutup Peluang Kandidat yang Dapat Dukungan Rakyat

Bandung: Partai politik saat ini harus terbuka bisa merangkul semua pihak tanpa pengecualian. Penguasaan parpol oleh elite niscaya akan ditinggalkan oleh kalangan kelompok pemilih muda. 
 
“Elitabilitas jangan sampai terus dibiarkan menubuh dalam alam demokrasi kita yang fair dan berkeadaban. Ini adalah penyakit yang harus disingkirkan jauh-jauh,” kata Ketum Badko HMI Jawa Barat, Firman Nasution dalam diskusi lintas aktivis Cipayung Plus menyambut politik elektoral 2024 di Griya HMI Bandung, Rabu, 27 Juli 2022.
 
Senada dengan itu, Ketua Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia Jawa Barat (KMHDI), I Putu Lingga Dharma Nanda mengatakan budaya elite politik dalam tubuh parpol harus mulai ditinggalkan. Anak muda saat ini, akan lebih dekat dengan parpol yang terbuka yang memberikan kesempatan kepada anak muda untuk maju.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Memang harus kita akui bahwa tradisi politik kita di masa lalu diwarnai dengan hegemoni kelompok terbatas atau jamak kita sebut elite. Tapi itu dulu. Sejak kemerdekaan, justru semangat kedaulatan rakyatlah yang jadi adagium bersama membangun Indonesia bermartabat dan berkeadilan sosial,” papar Lingga.
 

Adapun alasan utama ketidaksetujuan terhadap tradisi politik elitisme, karena dianggap tidak memberi ruang bagi masyarakat luas untuk ikut menentukan arah perubahan politik dan demokrasi yang menyejahterakan rakyat.
 
“Padahal, kita tahu bahwa demokrasi, suka tidak suka, percaya tidak percaya telah menjadi spirit pemerintahan kita sejak awal. Dan, superioritas rakyat adalah satu-satunya penegasan dalam demokrasi yang menghendaki hadirnya partisipasi rakyat dalam turut serta menentukan berbagai agenda publik,” tutur Ketua Hima Persis Jawa Barat Amirul Muttaqien.
 
Sementara itu, Ketua HIMA Persatuan Umat Islam (PUI) Jawa Barat, Isep Saepulloh juga ikut menyoroti proses jelang Pemilu 2024. Elite parpol memaksakan untuk mengusung calon tertentu yang tidak sesuai dengan kehendak dan suara rakyat di bawahnya. 
 
“Indikasinya dapat disibak melalui upaya monopoli saluran politik oleh sebagian besar pimpinan parpol yang tidak memberi ruang kepada mereka (kandidat) yang justru mendapatkan dukungan penuh dari rakyat,” tukasnya.

 

(WHS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *